International Conference and Educational Research (ICER) baru-baru ini mengadakan Seminar International yang dihadiri 5 negara yaitu Filipina, Thailand, Hongkong, Chili, dan Indonesia. Suatu kebanggaan bagi Indonesia karena menjadi salah satu keynote speaker di acara lima tahunan yang diselenggarakan Khon Khaen University di Thailand ini. Dr. Mudjito, M.Si. sebagai pembicara pada acara international ini mengangkat topik tentang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus ini menjelaskan tantangan, hambatan, dan kemajuan Indonesia dalam merangkul masyarakat yang membutuhkan layanan khusus bukan hanya di pulau Jawa tetapi juga di seluruh nusantara. Dalam acara ini Indonesia tidak cuma berperan sebagai keynote speaker tetapi juga mengirimkan 44 mahasiswa (11 mahasiswa S-1 Fakultas lmu Pendidikan Unesa dan 33 mahasiswa S-2 Pendidikan Luar Biasa Pascasarjana Unesa) sebagai peserta international conference dan melakukan studi di Khon Khaen Special Education Center. Banyak ilmu yang dipelajari di Sri Sangwan School (special education center) di antaranya adalah akses bagi penyandang disabilitas, kurikulum yang digunakan, serta metode pembelajaran. Pendidik di Sri Sangwan School bukan hanya mengadakan pendidikan di sekolah tetapi juga melakukan kunjungan ke setiap rumah untuk memberikan penyuluhan bagi anak berkebutuhan khusus. Hal yang menarik lainnya adalah peran serta wali murid. Jadi wali murid bukan hanya menitipkan anaknya di sekolah, tetapi juga dilibatkan untuk berperan serta dalam pendidikan, kata Ady Setiawan, mahasiswa Manajemen Pendidikan Unesa. Jadi diharapkan dalam kepemimpinan rektor baru, Unesa lebih memfasilitasi layanan untuk penyandang disabilitas baik nonfisik maupun fisik berupa sarana dan prasarana. Unesa sudah hebat untuk menerima anak berkebutuhan khusus menempuh pendidikan di Unesa, tetapi akan lebih hebat lagi jika Unesa mampu merawat mereka dengan meningkatkan kepedulian, tambah Ady. Keikutsertaan Unesa dalam konferensi ini tidak terlepas dari peran serta Unesa sebagai kampus inklusi. Drs. Sujarwanto, M.Pd menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melakukan studi banding mencakup fasilitas, model dan metode pembelajaran serta kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus. (Diyanti/Byu)