Perkembangan wacana tersebut memantik Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. untuk melakukan penelitian secara intensif dan diterbitkan dalam bentuk buku. Kendatipun buku yang diluncurkan dan dibedah pada saat Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) Unesa ini merupakan desertasi, namun aktualitas konten masih sangat hangat untuk diketahui masyarakat luas. Buku tersebut berjudul Gus Dur Intelektual Organik-Tradisional.
K.H. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) yang merupakan adik kandung Gus Dur mengapresiasi terbitnya buku ini. "Buku ini bagus. Sebagai hasil kerja ilmiah, buku ini banyak mengungkapkan fakta-fakta yang belum diketahui oleh masyarakat. Kalau berbicara kekurangannya pasti ada, tapi sejauh ini saya belum menemukan," tegasnya saat diwawancarai dalam acara bedah buku di Gedung I6, aula Srikandi FISH Unesa, Selasa (11/10).
Gus Sholah bercerita, sebenarnya saat Gus Dur hendak menjadi Presiden, yang direncanakan menjadi wakil Gus Dur adalah Akbar Tanjung, salah satu tokoh Partai Golkar. Akan tetapi, karena ada permasalahan dan menyebabkan banyak demo, niat tersebut terpaksa digagalkan. "Saya lupa demo apa itu. Pokoknya sampai bakar-bakar ban," ujar Gus Sholah.
Menurut Kiai asal Jombang ini, seandainya Akbar Tanjung atau Wiranto yang menjadi wakil Presiden Gus Dur saat itu, tentu tidak ada yang berani melengserkan Gus Dur dari kursi Presiden.
Sementara itu, Warsono, penulis buku Gus Dur Intelektual Organik-Tradisional, menerangkan bahwa salah satu penyebab lengsernya Gus Dur dari kursi pemerintahan karena tidak ada media yang mem-blow up. Padahal, media memiliki peran yang sangat penting. Sebagai tokoh Nahdatul Ulama, media yang getol mem-backing Gus Dur saat itu hanya Duta Bangsa (sekarang Harian Duta Masyarakat).
"Hal ini menyebabkan hanya persoalan-persoalan kecil tentang Gus Dur yang diangkat oleh media," papar dosen FISH Unesa ini. Selain itu, imbuh Warsono, yang menjadi faktor lengsernya Gus Dur adalah kondisi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang memang kurang kondusif. Ini dijadikan momen tepat oleh golongan yang kontra untuk melengserkan Gus Dur.
Terkait buku yang ditulis, Warsono mengakui bahwa memang masih terdapat banyak kekurangan. "Saya memang lebih fokus pada wacana, bukan pada jiwa kepemimpinan (leadership) Gus Dur," tandasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Prof. H. Kacung Marijan, Drs., M.A., Ph.D., salah satu pembahas dalam bedah buku tersebut. Kacung menyampaikan, buku ini memang tidak membahas masalah-masalah kepemimpinan Gus Dur meskipun skill kepemimpinan Gus Dur patut diteladani. "Kemampuan Gus Dur dalam mengelola organisasi pemerintahan terlihat luar biasa. Meskipun dalam kondisi kesehatan kurang normal, namun dengan kemampuannya tersebut, Gus Dur dapat mengatur semuanya," tegas Kacung. (MHM/ful/Humas)
Share It On: