Dari ketujuh nomor lomba atletik untuk anak down syndrome itu yang paling menarik adalah lomba foto genic yang baru kali pertama diadakan tahun ini. Setiap peserta down syndrom baik putra dan putri beradu gaya dalam berfoto untuk kemudian diabadikan oleh panitia dan anggota kelarga masing-masing. Banyak yang masih malu-malu, ada juga yang sudah berani tampil percaya diri. Sangat lucu dan menggemaskan.
Setelah semua nomor lomba selesai dilombakan, dilaksanakan upacara penghormatan pemenang. Peserta lomba diambil juara I, II, dan III. Walaupun begitu, setiap peserta Lomba Atletik Anak Down syndrom Se-Jawa Timur Tahun 2013 di Unesa ini tetap diberikan medali dan piagam penghargaan untuk menghargai mental dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Saat ditemui di lokasi lomba untuk membuka acara, Dr. Nanik Indahwati, M.Or., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga Unesa menyatakan bahwa Lomba Atletik Anak Down syndrom sangatlah positif. Lomba ini menanamkan adanya kuliah nyata bagi mahasiswa Pendidikan Olahraga, khususnya untuk menunjang mata kuliah Penjas Adaptif. Dalam acara tersebut, mahasiswa dari Pendidikan Olahraga dijadikan sebagai panitia lomba.
"Saya berharap tahun depan peserta yang ikut bertambah banyak, tidak hanya dari kelompok down syndrom saja, tapi dari anak berkebutuhan khusus lainnya," ungkap dosen muda itu. Ina Basuki, salah satu orang tua anak down syndrom yang ditemui di lokasi lomba juga berharap demikian. Ia menginginkan agar lomba dilaksanakan rutin tiap tahun agar bisa mengevaluasi pengalaman anak-anak sebelumnya sehingga di sekolah dapat lebih baik lagi.
"Lomba ini sangat bagus untuk melatih percaya diri anak. Namun alangkah baiknya bila informasi penyelenggaraan lomba diperluas sehingga semua elemen dapat ikut. Saya setiap hari bertemu dengan orang tua dari anak tunagrahita lain. Mereka mengaku ingin ikut lomba tapi tidak tahu tentang informasinya," ungkap perempuan yang berasal dari Surabaya itu.
Menanggapi hal tersebut, Drs. Abdul Rachman Syam Tuasikal, M.Pd., ketua panitia Lomba Atletik Anak Down syndrom mencoba meluruskan. "Setiap anak tunagrahita berbeda kemampuannya. Mereka terbagi dalam down syndrom, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Lomba ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang menderita down syndrom. Jika semua kelompok tunagrahita diperlombakan, alangkah kasihannya anak-anak dengan kemampuan yang berbeda-beda tersebut," pungkas dosen yang akrab dipanggil Rachman itu (Santi/Wahyu/Byu).
Share It On: