Citra gempa bumi yang mengguncang wilayah Jatim pada Jumat, 22 Maret 2024 (Data BMKG)
Unesa.ac.id, SURABAYA--Gempa bumi dengan magnitudo 6.4 yang mengguncang Kabupaten Tuban dan sekitarnya Jumat lalu menimbulkan kerusakan sekitar 700 bangunan dan rumah warga. Gempa tersebut juga memicu kepanikan di sebagian besar warga wilayah Jawa Timur khususnya daerah utara.
Pasalnya setelah kejadian dua kali gempa besar diikuti dengan gempa susulan sebanyak 32 kali. Bahkan getaran gempa ini bisa dirasakan hingga Banjarmasin.
Gempa yang terjadi pusat di laut dengan titik episentrum 5.74 LS dan 112.32 BT dengan kedalaman 10 km ini menjadi perhatian dosen fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNESA, Muhammad Nurul Fahmi, S.Si., M.Si.
Menurut dosen sekaligus peneliti gempa di kawasan tersebut, gempa yang terjadi di titik itu dengan kedalaman dangkal sekitar 10 kilometer di bawah permukaan tanah itu berpotensi menyebabkan kerusakan signifikan, karena batuan kawasan tersebut mudah terdeformasi atau rapuh.
"Meskipun sebagian besar gempa di Jawa utara disebabkan oleh interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia, kedalaman gempa ini mengindikasikan kemungkinan adanya sesar di bawah wilayah utara laut Jawa," ungkapnya.
Kondisi ini menuntut perhatian karena gempa dangkal dan dekat pemukiman dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan. Oleh karena itu, perlunya studi lanjutan untuk memahami lebih dalam tatanan tektonik di wilayah tersebut guna mengurangi risiko bencana di masa depan.
Dalam penelitiannya bersama tim yang diterbitkan tahun 2023 lalu berjudul "Vulnerability in the Java northern region in association with earthquake sources of tectonic origin", parameter b-value di wilayah tersebut mencerminkan tingkat stres tektonik yang dialami suatu wilayah terutama utara Pulau Jawa.
Riset yang dilakukan merupakan Rumpun Bidang Keilmuan (RBK) Fisika Bumi dari program studinya ini menekankan pada "relatively high-stress tectonic regime" yang mengindikasikan adanya tingkat tekanan yang tinggi pada regime tektonik di wilayah utara Pulau Jawa.
"Kita memakai parameter tersebut yang mana semakin rendah nilai b-value, semakin tinggi tingkat stres di wilayah tersebut, yang mengindikasikan potensi terjadinya gempa bumi besar di masa depan," bebernya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai terendah dalam b-value adalah sekitar 0,8, yang ditemukan untuk Zona 2 (Jawa Tengah) dan 3 (Jawa Timur). Hal itu menandakan adanya tekanan regime tektonik yang tinggi dan potensi pelepasan energi yang signifikan di masa mendatang.
Karena itu, sebagai upaya mitigasi, dia menekankan masyarakat harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini penting agar ketika terjadi gempa di masa mendatang, mereka dapat mengurangi risiko dan meminimalisir korban jiwa.
Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait karakteristik patahan aktif yang ada di utara Pulau Jawa. Diperlukan juga pengembangan teknologi peringatan dini gempa bumi dan tsunami yang lebih akurat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana kebumian tersebut. []
***
Reporter: Mohammad Dian Purnama
Editor: @zam*
Foto: Grafik Gempa MBKG
Share It On: