Workshop ini merupakan bagian dari komitmen Lembaga Labschool untuk meningkatkan atmosfer pembelajaran yang berstandar internasional.
Unesa.ac.id. SURABAYA–Lembaga Labschool UNESA bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) UNESA menggelar Workshop Critical Thinking di Auditorium Lantai 11 Rektorat UNESA, Kampus II Lidah Wetan pada Selasa, 26 November 2024.
Kegiatan dengan tema “How to Practice It in The Classroom" ini menghadirkan narasumber, Jill Tikkun, Executive Director, Camp Woodbrooke, Madison, WI Instructor di North Carolina Central University, Amerika Serikat.
Di hadapan para guru Labschool, Jill Tikkun menyampaikan, bahwa membangun pikiran kritis siswa bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan memberikan persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sosial sekitar siswa itu sendiri.
Dia memberi contoh, persoalan kenakalan remaja bisa diajukan sebagai bahan diskusi di kelas. Guru bisa memancing pertanyaan dan meminta siswa mencari tahu, mengapa kenakalan remaja itu bisa terjadi dan dianggap buruk.
Direktur Lembaga Labschool UNESA, Sujarwanto (kiri) memberikan pengarahan dalam workshop critical thinking.
“Dengan cara ini, mereka akan mempertanyakan lebih dalam sebab-akibatnya, karena mereka mencari jawaban dari peristiwa yang benar-benar terjadi di masyarakat, di lingkungan mereka tinggal,” imbuhnya.
Jika dibandingkan dengan mencari jawaban di pencarian Google atau mendapatkan penjelasan dari guru langsung mereka hanya akan menerima, tidak terpacu untuk berpikir kritis.
Ketika ada pertanyaan yang diajukan murid, guru bisa bertanya kembali kepada siswanya agar mereka mempertanyakan kembali pertanyaan yang sudah mereka lontarkan.
Jill Tikkun mengajak para peserta yang terdiri dari 45 guru Labschool ini untuk melakukan sebuah permainan. Dalam permainan ini, mereka diminta untuk setuju atau tidak setuju atau netral jika dihadapkan isu diperbolehkan pernikahan remaja. Hasilnya ada yang memilih setuju, tidak setuju, dan netral.
“Perbedaan latar belakang keluarga, ekonomi, lingkungan dan pergaulan seseorang berpengaruh pada pemikiran kritis. Jadi lewat sebuah permainan pun, kita bisa mengajak siswa untuk berpikir kritis, disesuaikan saja dengan lingkungan mereka,” jelasnya.
Workshop critical thinking ini dihadiri puluhan guru dari berbagai jenjang pendidikan Labschool UNESA.
Sementara itu, terkait teknologi yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas, ia berpendapat bahwa teknologi bisa saja menurunkan tingkat persentase berpikir kritis siswa. Akan tetapi itu juga tergantung cara mengajar guru.
Salah satu peserta, Oktaviani Tri P., guru SMA Labschool mengatakan workshop ini sangat berguna bagi dirinya. Menurutnya, apa yang dipelajari di workshop ini relate dengan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
“Ternyata ada banyak metode untuk memancing siswa berpikir kritis dan menambah referensi untuk diterapkan ke anak-anak (siswa),” ungkapnya.
Direktur Lembaga Labschool UNESA, Sujarwanto, mengatakan workshop ini bertujuan untuk memfasilitasi guru labschool agar mampu menerapkan pemikiran kritis pada siswa.
“Semoga dengan workshop ini guru Labschool bisa menjadikan siswanya murid yang berprestasi dengan pemikiran yang kritis,” ucap guru besar UNESA itu saat membuka acara.[*]
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: