Menjadi yang terbaik bukanlah tujuan dari Eka Sakti Pratiwi, wisudawan terbaik Fakultas Teknik. Baginya, indeks prestasi kumulatif 3,73, tertinggi di FT, yang dicapai wisudawan ini hanya bonus dari kerja keras belajar di S-1 Pendididikan Tata Rias Unesa. "Jika sekarang saya yang terbaik, itu bonus kerja keras saya," ungkapnya. Eka mengakui, kemauan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi adalah untuk dipersembahkan kepada orang tua. Orang tuanya berpesan bahwa warisan terbaik adalah ilmu, bukan harta. Itulah alasan Eka disekolahkan sampai perguruan tinggi. "Kalau orang tua saya sangat peduli pendidikan. Prinsip keduanya, lebih baik saya mewariskan ilmu kepadamu, saya sekolahkan kamu sampai tinggi, daripada saya mewariskan harta. Karena jika kamu tidak bisa mengelola harta, maka lambat laun akan habis. Namun, warisan ilmu, walaupun kamu bawa mati, akan tetap berguna, ujarnya mengingat kata-kata orang tuanya yang memotivasi dirinya. Selain untuk orang tua, prestasi ini juga diharapkan mampu menyulut semangat adik-adiknya yang tengah bersekolah. Ketiga adiknya, menurut pandangan Eka, selama ini malas-malasan dalam belajar. Eka ingin membuktikan pada mereka bahwa pendidikan itu penting. Adik-adik saya kurang peduli dengan pendidikan, mereka terkesan malas belajar dan sekolah. Maka dari itu saya ingin menjadi contoh yang baik dan membuktikan ke mereka, tambah perempuan kelahiran 1 Oktober 1994 itu. Kini, dengan gelar sarjana pendidikan yang telah ia peroleh, Eka bertekad menjadi seorang guru. Skripsi yang ia tulis pun bertema pendidikan. Karya berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) pada Kompetensi Dasar Pemangkasan Rambut Desain di SMK Negeri 3 Kediri" itu berisi tentang bagaimana siswa memecahkan masalah pada kompetensi tersebut dengan pemahaman kognitif yang tinggi dan dapat dibuktikan melalui praktik. "Guru adalah cita-cita sejak kecil. Setelah kuliah saya mau jadi tenaga pendidik, biar ilmu ini bisa berguna bagi orang lain, terang alumnus SMK Negeri 1 Kediri itu. (danang)