www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan seminar nasional dengan tema ‘Pentingnya Kompetensi Bahasa Asing bagi Dunia Kerja dan Industri di Era Digital 4.0’ pada Sabtu, 3 Desember 2022. Kegiatan ini dihadiri Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd., Guru Besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta dan Dr. Doni Jaya, M.Hum dosen di Departemen Linguistik, UI.
Prof. Dr. Drs. Pratomo Widodo, M.Pd., mengatakan ada sejumlah tantangan dalam mempelajari bahasa di antaranya tantangan budaya. Ini bisa dijawab dengan culture intelligence yang salah satunya berfokus pada intercultural communication. Di dalam dunia usaha dan dunia industri atau DUDI dibutuhkan 21st skills yang harus dikuasai, yaitu critical thinking, communication, technology literacy, creativity, information literacy, flexibility, collaboration, dan media literacy.
Ketika berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda, lanjutnya, akan mempengaruhi komunikasi. Ini akan menjadi dasar apabila kita bekerja di Jerman atau perusahaan-perusahaan Jerman yang tersebar di nusantara. Dalam mempelajari bahasa, terdapat dua aspek penting yang diperhatikan, yaitu aptitude dan attitude. “Sebagian besar motivasi orang belajar bahasa untuk mengejar pencapaian daripada attitude atau penilaian sikap,” ungkapnya.
Dalam mempelajari bahasa, bobot pembelajaran antara learning dan equitation harus seimbang. Learning yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan sadar. Sedangkan equitation adalah pembelajaran yang dilakukan secara tidak sadar. Justru yang dilakukan tidak secara sadar itu yang membentuk fluency atau kelancaran selama proses pembelajaran.
Langkah sederhana untuk konsisten mempelajari bahasa asing mula dari rutinitas dan komitmen yang kuat. “Semakin orang bertemu dengan berbagai orang dengan latar belakang budaya yang berbeda, maka seseorang tersebut akan semakin alim atau dapat menghargai perbedaan.”
Dr. Doni Jaya, M.Hum, memaparkan beberapa kiat-kiat menjadi penerjemah profesional, di antaranya mulai membuat teks-teks nonteknis seperti brosur; surat; materi pelajarn; berita, rajin berlatih menerjemahkan teks yang disukai, bekerja dengan agen penerjemahan untuk memperkaya pengalaman, bergabung dengan asosiasi profesi (HPI), aktif berjejaring dengan rekan seprofesi, mengikuti kursus dan seminar yang berkaitan dengan penerjemahan, membuat spesialisasi diri misalnya spesialisasi teks sastra; spesialisasi korporat; spesialisasi jurnalistik, dan sebagainya.
Doni juga memaparkan ada banyak benefit menjadi penerjemah, di antaranya dapat memperkaya wawasan, penerjemah tersumpah dan bersertifikat sangat dicari dan dibayar mahal. Penerjemah bahasa asing langka dan dibayar lebih mahal dari bahasa lain yang lebih umum. Selain itu, sebagai juru bahasa mendapat bonus jalan-jalan, upah besar, bertemu dengan orang-orang penting, dan sebagainya.
Dekan FBS Dr. Trisakti, M.Si. berharap mahasiswa Bahasa dan Sastra Jerman semangat berkompetensi dalam berbahasa asing dan dapat mengupgrade lebih baik kemampuan berbahasanya setelah mengikuti seminar nasional. Seminar tersebut dihadiri jajaran pimpinan Fakultas Bahasa dan Seni, jajaran jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Dr. Dwi Imroatu Julaikah, S.Pd., M.Pd., dan mahasiswa selingkung Universitas Negeri Surabaya. [HUMAS UNESA]
***
Penulis: Fionna
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: