Hidup harus bermanfaat bagi orang lain. Itulah sepenggal prinsip hidup Ramon Sinkiriwang Putrama, M.Pd., wisudawan terbaik S-2 Universitas Negeri Surabaya. Hal ini tidak semudah membalikkan kedua tangan, dia berasal dari keluarga guru, namun pada awalnya dia tidak berminat menjadi guru. Nasihat orang tua telah melangkahkan kakinya untuk menjadi guru. Saya merupakan seorang guru PNS mengajar sekolah dasar sejak tahun 2008, setelah berhasil menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar jenjang Diploma Dua (D-II) di Universitas Negeri Bengkulu (UNIB) pada Desember 2007, ujar pria yang memperolah IPK 3,92 ini. Tesisnya meneliti dampak penggunaan strategi Predict Observe Explain (POE) dan media simulasi PhET terhadap reduksi profil miskonsepsi IPA pada materi kelistrikan yang sering dialami oleh siswa sekolah dasar. Strategi POE merupakan strategi pembelajaran yang dimulai dengan membuat prediksi sesuai dengan pengetahuan awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu siswa membuktikan prediksi yang telah dibuat melalui percobaan-percobaan yang dirancang sedemikian rupa agar dapat menimbulkan konflik kognitif dan dapat dilakukan oleh siswa sendiri. Tahap terakhir siswa diminta untuk membandingkan prediksi yang dibuat dengan fakta ilmiah yang mereka temukan pada saat melakukan percobaan, siswa juga diminta menjelaskan mengapa prediksi mereka mungkin benar atau telah salah. Kendala yang saya hadapi dalam tesis terutama pada pelaksanaan penelitian terjadi pada tahap pengenalan media simulasi PhET. Banyak teman-teman guru khususnya di daerah saya bekerja (Kabupaten Kepahiang, Bengkulu) belum mengenal media simulasi PhET terlebih untuk menggunakan media tersebut dalam pembelajaran. Guru terlebih dahulu dikenalkan tentang bagaimana cara memperoleh media simulasi PhET, cara meng-install, cara menggunakan dan menerapkannya dalam pembelajaran, terang alumni S-2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2013 ini. Pengalaman PKM di Belitung Timur, memberikan gambaran kepada kami para mahasiswa pada saat itu bahwa Unesa setidaknya telah mampu menjadi magnet bagi para guru-guru di sana untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Respons peserta yang terdiri dari guru SD, kepala sekolah dan pengawas sekolah maupun dinas terkait sangat antusias menerima materi, berdiskusi, dan berbagi pengalaman mengajar baik dari dosen pendamping maupun mahasiswa. Dia berpesan kepada teman-teman sejawat khususnya jurusan Pendidikan Dasar, kita telah menyelesaikan pendidikan dan menyandang gelar baru beserta hak-hak yang dapat kita peroleh. Terapkanlah ilmu yang diperoleh mulai dari yang paling kecil yaitu kelas kita sendiri, agar generasi mendatang memiliki pola pikir prosedural dan tidak plin-plan dalam mengambil keputusan. Teruslah mengembangkan karir dan terus belajar dan belajar, minimal mengulang apa yang telah kita pelajari. Perjuangan ini baru saja kita mulai, saya menunggu kabar baik dari teman-teman semua, pungkas pria asal Kabupaten Kepahiang Bengkulu ini. (Rudi)