Sementara itu, karawitan dan ludruk ditampilkan oleh mahasiswa dari Jurusan Bahasa Jawa. Ludruk Songgo Mudo Budoyo, begitu namanya, berhasil mengundang gelak tawa peserta. Selain itu, Jurusan Sendratasik masih tidak mau ketinggalan. Mereka mempersembahkan sendratari Bedhah Bumi Lodoyo. Sendratari yang pernah ditampilkan di Festival Reog Nasional di Ponorogo pada November 2013 lalu itu berhasil menyedot perhatian peserta.
Dan inilah yang menarik, penampilan dari anak-anak penyandang disabilitas. Anak-anak berkebutuhan khusus itu menyanyikan lagu Jangan Menyerah dan Cintamu Sepuluh Ribu Tahun Lamanya . Keikutsertaan anak-anak penyandang disabilitas di acara Dies Natalis kali ini adalah terkait penghargaan yang diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 29 Agustus 2013 kepada Rektor Universitas Negeri Surabaya sebagai kampus inklusif. Penghargaan tersebut menjadi tantangan bagi Unesa untuk mewujudkan kampus yang ramah bagi mahasiswa disabilitas. Mendasari semangat untuk membantu menyejahterakan mahasiswa disabilitas Unesa, maka dibentuklah Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD). PSLD ini didukung oleh para dosen dan relawan, baik dari mahasiswa maupun para ahli dan praktisi di bidang pendidikan khusus. Sekretariat PSLD ini berada di Gedung O5, lantai 1 FIP Unesa.
Masih sama seperti tahun lalu, rangkaian acara jalan sehat kali ini juga menampilkan bazar. Ada bazar makanan, minuman, bros, baju, dan pameran anak-anak SM-3T. Untuk pameran SM-3T, ditampilkan pajangan khas daerah, baju adat Sumba dan makanan khas daerah Talaud dan Maluku Barat Daya seperti sagu, otong, sayur bunga pepaya, colo-colo, sambal, ikan asar bubara, sayur singkong, sirih pinang, pala, dan cengkeh. Selain itu, dijual pula foto-foto SM-3T dan buku Berbagi di Ujung Negeri karya ketua SM-3T Unesa, Lutfiyah Nurlaela dan Dream Action and Love karya mahasiswa SM-3T, Ali As ari.
Penyelenggaraan jalan sehat tahun ini menuai komentar dari sivitas akademika dan masyarakat luar. Ahmad Fayaqun, karyawan tata usaha dari Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK mengaku suka dengan sendratari Bedhah Bumi Lodoyo. Ia berharap tahun depan ada penampilan tari serupa. Jalan sehat kali ini tidak mengecewakan, terutama untuk pentas tarinya. Semoga tahun depan ada lagi pentas tari yang ditampilkan sehingga muncul generasi-generasi baru, ujarnya.
Berbeda dengan Ahmad, Hendrawati yang berasal dari luar Unesa mencoba memberi komentar. Saya baru pertama kali mengikuti jalan sehat. Mestinya di depan panggung juga diberi tenda agar tidak panas. Tapi untuk acaranya, saya kira bagus. Saya suka dengan tarinya, tutur perempuan yang datang jauh-jauh dari Bojonegoro itu. (San/Byu)
Share It On: