Perlombaan tari kreasi baru se-Provinsi Jatim dalam rangka Festival Batik 2013 berlangsung sangat meriah. Acara yang diselenggarakan dari pukul 14 hingga 17, disesaki penonton dengan sangat antusias. Dalam lomba itu, kostum yang dikenakan oleh para peserta harus ada unsur batik. Hanya saja para peserta lomba mengenakan kain batik sebagian kecilnya saja. Saya tidak tahu, mengapa para peserta lomba rasanya agak malu saat ada batik di dalam kostum yang mereka kenakan. Padahal kostum tarian tradisional aslinya memang ada unsur batiknya, ujar Pak Roby selaku juri dalam perlombaan, dosen asal Universitas Negeri Malang.
Acara yang diikuti oleh 17 tim tingkat SD dan 9 tim tingkat SMP itu harus menari dengan tarian kreasi baru. Yang dinilai adalah teknik gerakan, kesesuaian dengan irama, ekspresi, kreativitas, hingga desain kostum yang mereka kenakan. Akan tetapi mimik wajah dan ragam gerakan tidak sesuai dengan ciri khas tari kreasi baru. Beberapa peserta lomba tidak menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan tarian yang mereka bawakan. Gerakan mereka juga, tidak begitu jelas. Kalau gerakannya halus ya harus diperlihatkan kelemah-gemulaian tariannya. Begitu juga dengan gerakan yang tegas, komentar seorang mahasiswa Sendratasik angkatan 2012.
Walau persiapan kostum ataupun yang lain sudah siap, akan tetapi masih saja ada kesalahan yang tidak disengaja saat mereka menari. Tapi para peserta tetap menari layaknya tidak ada kesalahan atau bisa disebut sikap seorang penari profesional.
Pemenang juara 1 tingkat SD diraih oleh siswa SD dari sanggar Murnita dengan judul tarian Clipir, sedangkan tingkat SMP diraih oleh SMPN 12 Surabaya dengan judul tarian Greget Sawunggaling. Dari sanggar PBR hanya bisa meraih juara 3 untuk tingkat SD maupun SMP dengan judul tarian tari Kebyar Barong dan tarian Rampak Jadhilan. (Cikita Cuty/syt)
Share It On: