www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id – Surabaya, Universitas Negeri Surabaya bekerja sama dengan Askajati (Asosiasi Sekolah SPK Jawa Timur) menyelenggarakan pelatihan bagi guru SPK untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi. Masa pelatihan telah dimulai sejak tanggal 8 Juli 2019 dan berakhir pada13 Juli 2019 di lantai 9 Gedung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M). Acara ini dihadiri oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., Drs. Martadi, M.Sn, Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd., BAN dan Askajatim.
Kegiatan Diklat Kompetensi bagi Guru SPK baru kali pertama diselenggarakan di Indonesia. Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan diklat ini adalah untuk meningkatkan kompetensi para pendidik di lembaga SPK secara berkelanjutan, untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan terkait dengan SNP (Standard Nasional Pendidikan), khususnya dalam standard isi, proses, dan penilaian serta yang terakhir untuk mensertifikasi kompetensi guru SPK sebagai bagian dari syarat kelengkapan akreditasi sekolah.
Pada kegiatan ini, materi yang diberikan identik dengan materi PPG dalam jabatan atau PLPG dalam jabatan yang diringkas atau dipadatkan. Acara ini diikuti lebih kurang 442 peserta yang berasal dari 8 provinsi (Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Bali) yang terdiri dari guru 16 mata pelajaran yang dibagi menjadi 21 rombongan belajar. Fasilitator dalam kegiatan ini berasal dari LPA, BAN, dan Unesa sendiri yang berjumlah sekitar lebih kurang 100 orang.
Selama satu minggu menjalani pelatihan, para guru ini melakukan banyak kegiatan, diantaranya pre-test, penguatan materi dari BAN, penguatan kompetensi pedagogi dan professional, serta yang terakhir post-tes berbasis komputer. Dari hasil test yang dilakukan, didapati 22 peserta dengan nilai tertinggi di kelas masing-masing, diantaranya Inez Noviyanti Salim, S.A.,S.T., Arief Rachman, S.Si., David Lesman, S.T., Oktavia Ratna Utami, S.Pd., M.M., dan beberapa peserta lainnya.
Dalam sambutannya, Martadi menyampaikan bahwa para guru yang mengikuti kegiatan diklat ini diibaratkan seperti pembalap F1, “Kami tidak mengajarkan mereka cara menyetir, yang kami ajarkan bagaimana cara menyetir mobil balap di jalan nasional.” Para guru diajarkan untuk mengetahui standar-standar pendidikan nasional, bukan hanya menguasai standar pendidikan internasional tapi juga standar nasional pendidikan. Seorang guru adalah orang yang dibutuhkan oleh bangsa untuk mewarnai dan memajukan bangsanya. Oleh sebab itu, para guru berkewajiban untuk memperkenalkan warna ke-Indonesiaan, sehingga anak-anak Indonesia tidak kehilangan akar ke-Indonesiaan ketika mereka berada di level internasional.
“Harapannya, mau tidak mau, suka tidak suka, di era industri 4.0 ini, Bapak/Ibu sekalian dituntut untuk kreatif. Ketika berkreativitas perlu kolaborasi dan beradaptasi dengan situasi,” ujar Nurhasan dalam sambutannya. (hasna/ay)
Share It On: