Prof, Dr. Suyatno, M.Pd, Guru Besar Unesa mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih berbentuk piramida. Artinya, masih banyak rakyat Indonesia yang belum bisa menikmati pendidikan dengan layak. Hanya sebagai kecil dari rakyat Indonesia yang dapat memiliki pendidikan layak. Suyatno mengilustrasikan, piramida dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama, bagian paling atas adalah golongan orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi mapan dan atau kemampuan intelektual mapan. Mereka dapat mengenyam pendidikan dengan layak dan lebih diperhatikan di lembaga-lembaga pendidikan.
Bagian kedua adalah bagian tengah. Bagian ini dihuni oleh orang-orang yang, baik ekonomi maupun kemampuan intelektualnya, masih pas-pasan. Dari mereka hanya sedikit yang memiliki kesempatan luas dalam menikmati dunia pendidikan secara layak. Bagian ini lebih banyak daripada bagian yang pertama.
Bagian terakhir adalah bagian yang paling banyak penghuninya. Mereka berasal dari golongan ekonomi lemah dan atau tidak memiliki intelektual yang mumpuni. Di antara mereka banyak yang menjadi generasi anak jalanan. Sebagian dari mereka dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang kurang beruntung meskipun memiliki intelektual cukup baik. Sebagian lagi dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang kurang baik meski kondisi ekonominya cukup mapan. Jadi, yang dimaksud dalam pembagian dalam bentuk piramida tersebut tidak sekadar dilihat dari kemampuan ekonomi tapi juga kemampuan kepandaian anak bersangkutan.
"Coba perhatikan, kalau ada lomba atau kompetisi, siapa yang diikutkan? Pasti yang sudah dianggap pintar, bukan? Mereka lebih diperhatikan dan dilayani daripada mereka yang belum pintar. Sedangkan yang pintar tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan yang belum pintar," terang Suyatno.
Anak-anak yang dianggap kurang pintar ini seolah-olah tidak memiliki kesempatan untuk bersaing dibandingkan dengan temannya. Kondisi ini akan sangat memengaruhi psikologi anak untuk mencari ruang ekspresi sendiri. "Guru-guru di Indonesia masih lebih suka mengajari siswa yang pintar daripada mengajari mereka yang masih belum pintar," tambahnya.
Keadaan ini menurut Suyatno harus segera diubah. Setiap warga negara di Indonesia harus benar-benar diberi kesempatan untuk menikmati dunia pendidikan secara layak. Sebab, bagian ketiga atau bagian terakhir ini akan sangat mudah dimasuki oleh golongan-golongan radikal atau orang-orang yang ingin memecah belah bangsa.
Oleh karena itu, Suyatno mengimbau agar semua pihak bekerja sama mengubah kondisi pendidikan Indonesia. Setiap orang dapat melakukan gerakan sesuai dengan peran dan kemampuan masing-masing.
"Kalau golongan ketiga tidak dihapus secara keseluruhan, setidaknya kondisi pendidikan Indonesia harus berbentuk piramida terbalik. Artinya, yang berada dalam golongan ketiga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan golongan pertama," pungkas Suyatno. (ful)
Share It On: