www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Ramadan merupakan momentum yang tepat dalam meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain dengan memperbanyak ibadah-ibadah wajib maupun sunah, juga bisa dilakukan dengan menggelar tausiah atau pengajian keagamaan seperti yang dilakukan Universitas Negeri Surabaya pada Jumat 30 April 2021 di Gedung Rektorat Unesa Lidah Wetan.
Pengajian tersebut mengusung tema “Ramadan Bulan untuk Meningkatkan Iman dan Perilaku Positif Menuju Unesa Satu Langkah di Depan”. Adapun pengisi pengajian adalah ustaz yang video ceramahnya viral di mana-mana, yakni Dr. Das’ad Latif, S.Sos., S.Ag., M.Si., Ph.D. Sementara peserta, selain seluruh Civitas Akademika Unesa juga diikuti oleh ribuan peserta secara virtual.
Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes dalam sambutannya menyatakan bahwa bulan suci Ramadan tahun ini masih berlangsung di tengah pandemi dan situasi sulit masih terasa di sana-sini. Karena itu, situasi ini harus menjadi pemicu dalam meningkatkan keimanan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keimanan dan rasa pasrah itu, harus dibarengi dengan ikhtiar secara konsisten. Sebab, ikhtiar merupakan bagian dari keimanan dan Tuhan menganjurkan untuk tetap berusaha dan mengharap rahmat-Nya. Ikhtiar itu yakni tetap menerapkan protokol kesehatan di mana pun berada, vaksinasi dan pola hidup bersih dan sehat yang harus dijalankan.
Selain itu, menahan diri untuk tidak mudik adalah bagian dari upaya mengerem laju kasus Covid-19 di tengah masyarakat. “Kita tidak ingin, kasus yang terjadi di India juga terjadi di Indonesia dan semoga saja itu tidak terjadi dan kita harus mengantisipasinya dengan banyak-banyak menahan diri,” ujarnya.
Das’ad Latif dalam kesempatan itu membuka tausiahnya dengan dalil kematian yang pasti terjadi kepada siapa pun pada waktu yang sudah ditakdirkan. Menurutnya, kematian bukanlah masalah, tetapi hanya sebagai jalan pulang atau sebagai peluang bertemu Allah SWT.
“Karena itu, masalahnya bukan kematian, tetapi kita mati dalam Islam atau tidak,” tukasnya. “Mudahan kita tidak mati sedang makan hasil proyek fiktif, tidak mati sedang konsumsi obat-obatan terlarang, tidak mati dalam keadaan makan uang sogok politik, tetapi mudahan kita mati dalam keadaan bertakwa dan beribadah,” sambungnya.
Ia melanjutkan, musuh yang nyata bagi manusia adalah setan dan ia ada di tengah-tengah manusia. Bentuknya bukan seperti pocong atau kuntilanak, tetapi setan masa kini adalah handphone yang cenderung mengganggu atau mengalihkan perhatian manusia kepada hal-hal yang baik atau saat beribadah.
Agar sukses dunia dan selamat di akhirat, ustaz yang juga sebagai dosen tetap di Universitas Hasanuddin Makassar itu membagi pesan baginda Rasulullah SAW tentang resep hidup yang muliah.
Pertama, menuntut ilmu yang didasari dengan nama Allah SWT dan dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. “Belajarlah olahraga, kimia, fisika, belajar kontraktor, belajar apapun, tetapi barengi dengan bismirabbikalladzi khalaq,” ujarnya. “Yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT adalah orang yang beriman dan berilmu pengetahuan,” tuturnya.
Resep yang kedua yakni menyambung tali silaturahmi, perbanyak saudara atau perbanyak koneksi dalam kebaikan. Persaudaraan itu penting bagi apa pun, termasuk perguruan tinggi. Persaudaraan di lembaga ibarat anggota badan yang jika satu merasakan sakit, yang lain ikut merasakan juga.
Resep sukses yang ketiga adalah etika. Puncak dari ilmu pengetahuan adalah etika atau adab. Karena itu dalam berinteraksi dengan sesama, orang tua, saudara, kerabat, dan siapa pun harus didasari dengan etika dan adab. “Ini banyak yang lemah lembut pada pacarnya, kasar pada orang tuanya,” imbuhnya. “Pentingnya adab adalah menjadikan semua langkah dan usaha kita menjadi berkah, terutama adab kepada orang tua yang benar-benar harus diperhatikan. Syurga kita di telapak mereka, ridho Allah juga salah satunya karena doa dan ridho orang tua,” jelasnya.
Sementara kunci sukses selanjutnya adalah sedekah dan ringan tangan membantu sesama. Sedekah tidak selalu dengan uang, tetapi dengan tenaga dan pikiran pun bisa menjadi sedekah. Kemudian kunci terakhir adalah mendirikan sholat sekaligus sebagai kunci dari semuanya. Tidak ada kejayaan bagi mereka yang tidak salat. Semua orang punya masalah dan masalah itu bisa selesai karena sholat dan usaha yang baik.
“Kalau ada masalah, beban hidup hadapi dengan sabar dan dirikan sholat dengan ikhlas,” pesannya. “Jika lima resep itu bisa diamalkan dengan baik, insha Allah civitas akademika Unesa dan Unesa tidak hanya bisa satu langkah di depan, tetapi bisa puluhan langkah di depan dan sukses dunia maupun akhirat,” pungkasnya. Acara yang dihadiri oleh seluruh jajaran pimpinan, senat, fakultas, prodi hingga organisasi mahasiswa itu diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Ustaz Das’ad Latif. (Humas Unesa)
Share It On: