Workshop ini diinisiasi sebagai penguatan untuk mengawali penyusunan pedoman layanan disabilitas intelektual di pendidikan tinggi.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Pusat Unggulan Ilmu Disabilitas, Disability Innovation Center Universitas Negeri Surabaya (PUI DIC UNESA) menggelar Workshop Higher Education for Individual with Intellectual Disability di Ruang Senat Lantai 10 Rektorat, Kampus II Lidah Wetan, pada Selasa, 26 November 2024.
Workshop ini mengusung tema “Higher Education for Individual with Intellectual Disability” yang menghadirkan narasumber, Sean Tikkun, PhD, TSVI, COMS, CATIS North Carolina Central University Dept. Of Curriculum and Instruction, Amerika Serikat.
Sean Tikkun di hadapan dosen-dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) UNESA menyampaikan bahwa yang menjadi dasar dalam pencapain inklusivitas adalah mencari faktor terjadinya diskriminasi sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas.
Amerika Serikat memiliki Undang-Undang tentang disabilitas untuk perguruan tinggi. Kebijakan itu hanya mengatur akses atau masuknya mahasiswa disabilitas dalam perguruan tinggi, tetapi belum membahas terkait akomodasi atau bantuan yang harus diberikan.
Agar tercapainya pembelajaran yang lebih efektif atau optimal, maka diperlukan upaya membangun keterlibatan peserta agar peserta merasa terlibat karena kebutuhannya itu terakomodasi dengan menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan materi.
Guru besar disabilitas sekaligus Ketua DIC UNESA, Budiyanto (kiri) menyerahkan piagam penghargaan sebagai pembicara kepada Sean Tikkun (kanan).
Sean Tikkun memberi contoh yang bisa digunakan, misalnya dosen UNESA dalam pembelajaran menggunakan Sinau Digital UNESA (SIDIA) yang dapat menampilkan beberapa materi dalam bentuk video, PPT, dan PDF.
Beragamnya cara untuk menyampaikan materi di SIDIA ini dapat dianalisis dan menjadi data penting untuk mengetahui kecenderungan mahasiswa disabilitas lebih menyukai bentuk atau jenis materi tertentu.
“Pada pendidikan yang berbasis kompetensi ini tidak bisa kita terapkan kepada mahasiswa disabilitas, sehingga perlunya matriks atau penilaian khusus untuk mengukur kesuksesan mereka ketika berkuliah,” jelasnya.
Ketua DIC UNESA, Budiyanto menjelaskan bahwa motivasi dilaksanakan workshop ini adalah untuk mengembangkan penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi yang mengakomodasi mahasiswa disabilitas intelektual.
Harapannya dengan ini UNESA dapat mengawali menyusun pedoman tersebut sehingga bisa dibagikan ke perguruan tinggi lain atau bisa direport kepada Direktorat Pendidikan Tinggi sebagai data untuk mengembangkan pendidikan yang dapat bermanfaat untuk mahasiswa dengan disabilitas intelektual.
“Dengan ini maka harapannya dapat membuka wawasan untuk para dosen kita tentang bagaimana memberikan layanan pendidikan bagi mahasiswa dengan disabilitas intelektual,” harap guru besar disabilitas UNESA itu. [*]
***
Reporter: Dewanda (Internship)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: