Dia berhasil mempertahankan disertasinya dan memperoleh predikat cum laude (dengan pujian). Penelitian tentang fiksi Jawa Modern yang kini masih jarang dilakukan berhasil ia ungkap. Karena itu pula, kini ia menjadi perempuan yang kali pertama menyandang gelar doktor pada bidang kajian sastra Jawa modern, khususnya tentang kekerasan kepada wanita.
Dengan teori New Historism, wanita kelahiran Magetan itu mengaji karya fiksi Jawa modern berbentuk cerita bersambung (cerbung) dan novel pada tahun 2001-2010 yang bertema kekerasan terhadap perempuan. Dari penelitiannya itu didapat beberapa temuan, antara lain praktik sosial pembentuk kekerasan, penyebab kekerasan, dan ideologi yang melatarbelakangi adanya kekerasan. Ketiga hal itu dikaitkan dengan paham feminisme.
Uniknya, feminisme yang dimaksud tidak seperti paham yang berkembang di luar, tetapi lebih merujuk pada sosio-budaya Jawa. Wanita memiliki peranan yang kuat dan baik bila mempertimbangkan latar sosial dan budaya Jawa yang benar sesuai tatanan adat budaya timur, yakni adat budaya Jawa.
Dari hasil temuannya, dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Unesa itu berharap agar para wanita dapat hidup mandiri. Sesuai dengan feminisme yang bersumber sosio-budaya Jawa, para wanita dapat hidup mandiri tanpa harus mengenyampingkan kodrat dan peranannya dalam keluarga. Mereka dapat menuntut ilmu sampai tingkat pendidikan yang tinggi dan bekerja untuk menghindari adanya kekerasan. Dengan cara itu, para wanita dapat mengerti dan pintar, pihak laki-laki pun akhirnya dapat menghormati hak-hak kaum wanita. Dengan begitu, kekerasan dapat dihindari. (Rizka Amalia_Humas Unesa)
Share It On: