www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Unesa berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan penerapan tridarma perguruan tinggi. Selain itu, juga menjamin lingkungan kampus yang asri, bersih nun hijau lewat penerapan program eco campus. Wujud program tersebut yakni dalam bentuk penataan lahan terbuka hijau menjadi hutan kampus atau lab merdeka belajar yang digunakan sebagai wahana edukasi, konservasi dan rekreasi baik bagi civitas akademika Unesa maupun bagi warga sekitar.
Lewat eco campus, banyak kegiatan yang sudah dilaksanakan, di antaranya pembuatan dan penyediaan bank sampah, penghematan listrik dan air, dan pembuatan waduk kecil di kawasan kampus. Selain itu, juga rutin menyelanggarakan sosialisasi dan workshop, salah satunnya tentang “Kreatif Mengolah Sampah” seperti yang disenggarakan Fakultas Bahasa dan Seni Unesa di Joglo FBS pada Rabu (05/05/2021).
Sasaran kegiatan tersebut yakni petugas kebersihan yang berperan penting dalam menjaga kebersihan di lingkungan FBS. Tujuannya untuk mewujudkan kesadaran lingkungan dan meningkatkan kreativitas dalam mengolah sampah sebagai bagian dari upaya menjadikan FBS dan Unesa sebagai kampus yang ramah lingkungan.
Pada kesempatan tersebut tim eco campus FBS menghadirkan dua narasumber yang memang aktif dalam pengelolaan sampah, Dra. Yovinza Bethvine S., M.Pd dari jurusan Bahasa dan Sastra Jepang Unesa dan Agus Suwahyono, S.Sn., M.Pd, dosen jurusan Sendratasik sekaligus ketua tim eco campus FBS,.
Dua pemateri tersebut secara umum menyampaikan materi tentang dua teknik pengolahan sampah. Pertama, meggunakan pipa biopori atau pipa resapan. Pipa dilubangi lalu ditanam tegak lurus ke dalam tanah. Kemudian bisa diisi dengan sampah organik. Kegunaan teknik ini dapat menghasilkan kompos, menyuburkan tanah, meningkatkan daya resapan air dan mencegah genangan bahkan banjir saat musim hujan.
Sementara untuk teknik kedua yakni dekomposter atau teknik pemanfaatan sampah dapur atau sampah basah nonplastik menjadi pupuk cair. Caranya, sampah tersebut dicampur dengan air dan biang promix untuk menghasilkan pupuk cair. Proses yang diperlukan bergantung dengan biang yang digunakan, mulai dari empat hari bahkan bisa sampai tiga bulan.
Setelah menerima pelatihan tersebut, diharapkan para petugas kebersihan tidak lagi menangani sampah dengan cara membakar, tetapi mengolah sampah tersebut secara kreatif dan bisa dimanfaatkan lagi untuk keperluan lain.
Tim Eco campus menyampaikan terima kasih kepada para petugas kebersihan yang selama ini menjadi pahlawan kebersihan di Unesa.
Salah satu petugas kebersihan, Heri mengatakan bahwa acara tersebut sangat berguna bagi dia dan tim kebersihan lainnya. Selain mendapat ide juga ada pengarahan secara teknis cara mengolah sampah dengan baik.
“Semua teman-teman di sini kan sudah dibagi tugas ada yang membersihkan, menyapu, ada yang merawat bunga dan tanaman. Jadi kita kan makin tahun lagi cara menghasilkan kompos untuk merawat tanaman lewat acara ini,” ujarnya.
Agus Suwahyono menjelaskan bahwa eco campus FBS dibentuk pada 2015 untuk mewujudkan kampus yang ramah lingkungan. Tidak hanya teduh, rimbun dan hijau, tetapi juga nyaman dan sehat. Tidak membakar sampah dan menimbulkan polusi udara adalah bagian dari lingkungan yang sehat.
Ia melanjutkan, eco campus FBS sempat menjadi Juara satu dalam ajang Eco Campus se-Kota Surabaya. Pencapaian ini mendorong FBS untuk terus mempertahankan predikat tersebut secara nyata.
“Pencapaian eco campus FBS mendorong teman-teman semua untuk terus menggiatkan diri dan memperbaiki kualitas, karena predikat itu adalah kepercayaan dan amanah untuk menjaga lingkungan, khusunya lingkungan yang sehat.” ujarnya.
Selain itu, Yovinza Bethvine menjelaskan hubungan antara manusia dan alam adalah 4M yaitu, (1) menata, (2) memelihara, (3) menjaga dan (4) melestarikan. “Lingkungan harus dirawat karena kita hanya dipinjamkan untuk anak cucu kita,” ujarnya. (yud/zam)
Share It On: