www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Angka permasalahan kesehatan mental di Indonesia kian menghawatirkan. The Conversation bersama University of Queesland dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat (AS) akhir tahun lalu merilis, 1 dari 20 remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental.
Denga kata lain, sekitar 2,45 juta remaja mengalami gangguan mental. Kasus yang paling banyak yaitu berupa kecemasan (anxiety disorder), disusul depresi, gangguan perilaku, stres pascatrauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, Kerja Sama, Teknologi Informasi dan Komunikasi UNESA., Prof. Dr. Hj. Siti Nur Azizah, M.A., mengatakan bahwa kesehatan mental memang harus menjadi perhatian bersama dan disadari semua pihak.
Selain memang butuh langkah bersama berupa program dan advokasi kesehatan mental dari semuah pihak, tentu bisa melakukan terapi salah satunya dengan memanfaatkan momentum bulan Ramadhan. Puasa pada dasarnya menjadi terapi untuk menenangkan dan menentramkan jiwa.
www.unesa.ac.id
"Karena di bulan suci Ramadhan kita seperti menyuci bersih aspek kejiwaan lewat berbagai latihan. Nah, puasa itu sebenarnya di permukaan memang menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih dalam dari itu adalah sebagai cara untuk kita mendidik dan mengontrol diri ke arah yang lebih baik," ucapnnya dalam "Ngabuburit Bareng Bu Dosen” seri kedua oleh Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis UNESA pada Kamis, 6 April 2023.
Dalam kegiatan bertema “Puasa dan Kesehatan Mental” itu, dia melanjutkan, sebagaimana banyak dijelaskan Al-Qur'an bahwa puasa adalah proses terapeutik menjaga kesehatan mental. Puasa menjaga hormon kortisol yang berkaitan dengan respons tubuh saat stres dan menghasilkan hormon endorfin (kebahagiaan).
Selain hasil temuan di atas, Prof Azizah juga membeberkan angka potensi gangguan kesehatan mental Indonesia yang mencapai sekitar 60 juta penduduk. Bahkan, sudah ada 4.500 keluarga yang anggotanya mengidap skizofrenia.
Untuk itu, dia mengajak untuk menjadikan Ramadhan benar-benar dimaknai sebagai proses memperbaiki kualitas mental. “Sampah-sampah pikiran kita harus dibersihkan dan dikelola saat Ramadhan dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk mendatangkan ketenangan," ucapnya.
Sabar bisa menjadi salah satu kunci paling penting dalam menenangkan jiwa. Sabar, lanjutnya, hampir sama dengan makna puasa yaitu menahan untuk berkeluh kesah. Kata sabar disebutkan sebanyak 100 kali dalam Al-Qur'an. Sabar tidak hanya dalam keadaan susah, tetapi juga saat senang.
Tak lupa Prof. Azizah berbagi cara untuk mengetahui kesehatan mental, sebagaimana yang diajarkan agama salah satunya bisa dengan mengenali diri. “Jadi kita harus mengenali diri kita dahulu baru bisa mengenal Tuhan. Kita sebagai makhluk yang diberi akal dan hati maka kita harus mengenali diri kita, bagaimana fitrah kita sebagai manusia," ucapnya.
Dia melanjutkan, jika seseorang mengalami sakit mental dapat disebabkan oleh penyakit hati. Salah satu penyakit hati adalah prasangka buruk kepada orang lain, itu terjadi karena tidak mampu mengelola jiwa ketika menghadapi tekanan kehidupan.
Karena berdasarkan penelitian bahwa gangguan mental berkepanjangan rawan menyerang usia muda 14 tahun ke atas. Azizah mengajak seluruh masyarakat untuk mencegah rendahnya kesehatan mental dengan mendekatkan diri kepada Allah. “Obatnya hanya dua yaitu salat dan puasa. Jangan tinggalkan keduanya,” pungkasnya. []
***
Penulis: Muhammad Azhar Adi Mas’ud
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: