Bayu Angga Pridahastama atau yang sering dipanggil Bayu, alumni UNESA berhasil mengembangan gitar nilon berdawai 12 yang belum pernah ada sebelumnya di dunia. Gitar hybrid(memadukan berbagai jenis gitar) nilon 12 dawai menggunakan dawai nilon berjumlah 12 (6 dawai pokok dan 6 dawai ganda). Gitar itu bersistem penalaan baru (dawai ganda 1,2, dan 3 adalah nada kwint/nada Sol atau nada kelima dari nada pokok masing-masing dawai) dan tidak menggunakan tabung resonansi. Lalu, gitar temuan Bayu itu menggunakan perangkat elektrik yaitu equalizer atau pre-amp dengan desain gitar yang unik, yakni memiliki 2 headstok (kepala gitar) yang saling bertolak belakang. Material gitar yang ditemukan adalah solidwood kayu padat yang didapatkan dari tempat pemotongan kayu, alias limbah kayu karena berasal dari pangkal pohon dengan menggunaan sistem konstruksi bolt on (sistim konstruksi yang biasa digunakan pada gitar elektrik yaitu leher gitar dan bodi gitar bisa dibongkar pasang dengan menggunakan skrup).
Alumni dari Jurusan Pendidikan Sendratasik anggatan 2008 ini menceritakan tentang sejarah gitar klasik yang saat ini banyak digunakan dan sampai termodern. "Gitar ini tanpa tabung resonansi dan menggunakan perangkat elektrik atau equalizer yang hanya membutuhkan perangkat headphone atau sound untuk mendengar suara gitar yang dimainkan," ujarnya. Hal tersebut menginspirasi pria kelahiran jombang ini mengembangkan gitar nilon berdawai 12. "Jika pengembangan pada gitar folk sudah tercipta 12 dawai, sedangkan gitar nilon belum ada yang menggunakan 12 dawai," tambahnya.
Gitar nilon berdawai 12 tersebut mempunyai 2 kepala gitar yang saling bertolak belakang. Kepala yang satu ada di posisi pada umumnya gitar dan yang satunya lagi ada di ujung bawah bodi gitar. Desain yang dibuat Bayu merupakan sebuah solusi agar gitar menjadi seimbang antara leher dengan bodi dengan membagi 12 tuning gitar (6 tuning di posisi kepala gitar pada umumnya, dan 6 tuning di posisi bawah bodi).
Bayu melakukan uji ahli dengan teknik wawancara langsung dengan video ke pembuat gitar klasik yang sudah mempunyai nama di Indonesia maupun mancanegara, di antaranya Engkos Perkasa, Rama Ferian, dan Tri Andhika. Dengan bermodal nekat dan uang 350 ribu, Bayu pergi ke Jakarta menemui Jubing Kristianto, Hanief Palopo, Andre Indrawan, Rahmat Raharjo, dan Royke Bobby Koapaha. "Hasilnya, mereka mengakui temuan saya ini," jelas Bayu.
Harapan ke depan, Bayu ingin mempatenkan karyanya agar tidak diambil orang lain apalagi negara lain. "Saya hanya ingin menyelamatkan karya saya secara desain dan ide agar tidak dicuri orang. Tetapi sudah satu tahun saya berjuang juga belum ada kejelasan," keluhnya. Namun, Bayu mengaku ada tawaran yang datang dari Konjen Amerika Serikat, Kristen F. Bauer di Surabaya, beberapa waktu lalu, untuk mendapatkan hak paten di UNESCO. Bayu sedikit tersenyum. (Ari/syt)
Share It On: