Ia tak menyangka garis hidupnya berubah 180 derajat. Lulusan sarjana ekonomi ini awalnya bergelut dengan dunia pemasaran dengan gaji yang besar. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan mulai berkeluarga ia merasa kurang nyaman dengan pekerjaannya di bidang marketing. Profesi sebagai gurupun mulai ditekuninya di SMA Khadijah dengan menjadi guru ekonomi. Sejak menjadi guru, ritme kesibukan di sekolah sebagai guru dan di rumah sebagai istri dan orang tua bagi anak-anaknya menjadi aktivitas sehari-hari yang dinikmatinya. Pilihan hidupnya itu kini justru berbuah berkah. Ia mendapatkan beasiswa studi lanjut S-2 dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur di Unesa. Bahagia, terharu, dan rasa syukur tampak dari raut wajahnya ketika reporter Humas Unesa menghampirinya untuk wawancara. Tesisnya yang berjudul Pengaruh Teman Sebaya dan Prestasi Belajar Ekonomi terhadap Perilaku Konsumsi Siswa SMA Khadijah Surabaya merupakan topik utama yang menjadi bahasan wawancara saat itu. Menurut penuturannya, tesis itu dilatarbelakangi dari pengamatannya terhadap perilaku konsumtif siswa SMA Khadijah Surabaya yang menggunakan berbagai perangkat teknologi modern saat berada di sekolah. Pengaruh perilaku konsumtif itu ingin diketahuinya, apakah mempengaruhi prestasi belajar dan apakah makin maraknya perilaku konsumtif itu dipengaruhi oleh teman sebayanya. Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa kebanyakan dari siswanya membawa lebih dari satu produk canggih ke sekolah misalnya satu orang siswa membawa HP, gadget, dan laptop sekaligus saat ke sekolah. Itulah yang membuat ia semakin penasaran dengan topik penelitian. Posisinya sebagai guru di sekolah itu makin memudahkan dalam menyelesaikan penelitian tesis. Penelitian itu pun hendak menggali informasi darimana siswa mendapatkan uang untuk membeli perangkat teknologi modern. Perannya sebagai guru ekonomi pun makin membuatnya merasa bertanggung jawab untuk mengontrol perilaku dan pola konsumsi siswa. Model pembelajaran yang diterapkan di SMA Khadijah Surabaya memang kebanyakan menggunakan fasilitas wifi. Saat proses belajar mengajar berlangsung mereka dianjurkan untuk mencari materi dari internet. Oleh karena itu para siswa membawa laptop, gadget, atau smartphone ke sekolah. Namun, yang menimbulkan pertanyaan adalah mengapa mereka harus membawa lebih dari satu benda, padahal dengan satu benda saja bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Saya berhipotesis bahwa pengaruh teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat. Saya juga ingin mengetahui bagaimana dampaknya terhadap prestasi belajar mereka, tuturnya. Setelah dilakukan penelitian, ternyata hasil yang didapatnya adalah teman sebaya memang mempunyai pengaruh terhadap teman lainnya untuk menggunakan suatu produk teknologi canggih. Sementara itu, kaitannya dengan prestasi belajar, sejauh ini masih berdampak positif sebab pihak guru sering melakukan penggeledahan pada barang-barang yang dibawa oleh siswa ke sekolah dan hasilnya tidak ditemukan file, gambar atau video yang tidak sepantasnya bagi seorang pelajar. Kepekaannya melihat fenomena itu berbuah apresiasi dari dosen-dosennya. Alhasil, ia berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Tertinggi (IPK) di tingkat pascasarjana jenjang S-2 yakni 3,90. Alhamdulillah, akhirnya setelah berlelah-lelah selama dua tahun, kini berbuah berkah. Padahal dulu saya sering merasa stress dengan tuntutan banyak tugas perkuliahan dan tugas pekerjaan sebagai guru sekaligus ibu rumah tangga yang harus diselesaikan setiap hari. Siapa guru yang mendapatkan buah berkah dari pilihan hidupnya itu? Dialah Lisa Hadija, mahasiswa S-2 Pendidikan Ekonomi.(Ina/Byu)