Elok mengawali jenjang pendidikan di SDN Gedang II Porong pada usia 8 tahun dan lulus tahun 1984. Ia melanjutkan ke SMPN 1 Porong dan lulus tahun 1987. Setelah itu, melanjutkan ke SMAN 1 Porong , dan lulus pada tahun 1990. Selanjutnya, ia mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi di IKIP Surabaya Jurusan Pendidikan Fisika. Tahun 1995 ia berhasil menyelesaikan studi S-1nya dan meneruskan kuliah magister di Pascasarjana IKIP Surabaya. Ia lulus Magister Pendidikan Sains pada tahun 1998.
Tahun 2013, Elok mendapatkan kesempatan melanjutkan studi jenjang S-3 di Program Studi Pendidikan Sains PPs Unesa. Dengan desertasi yang berjudul "Model CBL untuk Mencapai Motivasi Belajar, Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Analitis Mahasiswa Ilmu Keolahragaan", mampu mengantarkan Elok menjadi wisudawan berprestasi dengan IPK 3.85.
Elok menjelaskan bahwa disertasi ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran baru yang memenuhi kriteria kelayakan. Model pembelajaran yang berhasil dikembangkan adalah Model Pembelajaran Berbasis Konteks (Context Based Learning, CBL) atau disingkat Model CBL.
Model CBL adalah Model Pembelajaran Fisika dalam Konteks Olahraga karena model pembelajaran tersebut secara khusus diterapkan pada perkuliahan fisika bagi mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Model pembelajaran ini menggunakan nama suatu cabang olahraga atau aktivitas olahraga sebagai pokok bahasan atau tema dalam menelaah konsep dan hukum-hukum fisika (khususnya tentang besaran-besaran mekanika).
"Dengan menggunakan Model CBL tersebut, diharapkan mahasiswa Ilmu Keolahragaan menjadi termotivasi untuk belajar fisika, pemahaman terhadap konsep-konsep dan hukum-hukum fisika menjadi meningkat, dan memiliki keterampilan untuk menganalisis secara mekanika suatu kecabangan olahraga." Harap laki-laki yang hobi jogging dan traveling ini. Dosen di Jurusan IPA, FMIPA Unesa ini bercerita bahwa penelitian untuk menyelesaikan disertasi ini memerlukan waktu kurang lebih selama 3 (tiga) tahun yang dimulai dengan studi pendahuluan, ujicoba terbatas, dan implementasi model CBL.
Dosen yang mendapatkan usulan dana dari Penelitian Disertasi Doktor oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ini mengaku banyak kendala dalam menyelesaikan desertasi ini. Menurutnya, kendala ketika memasuki fase implementasi Model CBL yang melibatkan dosen Ilmu Keolahragaan dalam perkuliahan Fisika. Dosen yang mengampu mata kuliah tersebut bukan dari bidang ilmu fisika. Mereka pada dasarnya berlatar belakang olahraga. Oleh karena itu perlu memberikan "pelatihan" dengan memodelkan dan berdiskusi pada aspek-aspek yang perlu dikuasai sebagai dosen pengampu fisika, terutama terkait pemahaman konsep-konsep dan hukum-hukum fisika.
Selain itu laboratorium Prodi Ilmu Keolahragaan tempat implementasi belum memiliki peralatan yang diperlukan dalam implementasi Model CBL. Di samping itu, peralatan yang digunakan perlu dirancang dan dikembangkan sendiri olehnya. Keberhasilan menyelesaikan desertasinya itu, menurut Elok tak lepas dari peran keluarga. "Sumber motivasi dalam menyelesaikan studi S-3 ini adalah anak-anak dan istri saya tercinta. Di dalam keluarga, untuk urusan studi ini, saya ingin menjadi contoh bagi anak-anak saya bahwa menuntut ilmu menjadi kewajiban manusia sepanjang hayat dikandung badan. Dengan demikian, saya bisa berharap bahwa anak-anak saya kelak juga mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi sampai pada jenjang pendidikan tertinggi," papar suami dari Inna Nur Anisjak.
Laki-laki yang menjadi salah satu Instruktur Nasional Kurikulum 2013 ini berharap ilmu yang telah diperolehnya bermanfaat bagi mahasiswanya. Selain itu ia juga berharap gelar doktor (S3) yang telah berhasil ia capai dengan kerja keras tersebut merupakan tahapan baginya untuk dapat mencapai jabatan fungsional tertinggi, yaitu menjadi seorang Guru Besar di bidang Pendidikan IPA.
"Yang sukses adalah yang berproses. Ibarat kelapa, untuk dapat menghasilkan santan dari buah kelapa, buah kelapa yang sudah tua harus mengalami proses yang panjang dan menyakitkan untuk mendapatkan santan yang baik. Begitupula dengan manusia, semakin keras seseorang berusaha, maka semakin maksimal hasil yang akan diperolah. Karena hasil akhir tidak akan mengingkari usaha yang telah dilakukan seseorang." tutur Elok Sudibyo. (Khusnul/Humas)
Share It On: