www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id-Surabaya, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang selalu diperingati tiap tanggal 2 Mei dalam upacara bendera, tahun ini terasa berbeda. Hal ini dikarenakan Indonesia sedang dilanda pandemi covid-19. Namun, peringatan hari bersejarah ini harus tetap diingat dan diperingati meskipun dengan pelaksaan yang berbeda.
Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi Nanas Merah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengadakan peringatan Hardiknas dalam acara “Diskusi Online Hardiknas 2020” sebagai wadah bertukar pengetahuan dan edukasi dalam kajian ilmiah. Tema yang diambil pada diskusi ini, yakni “Covid-19 dan Pengaruhnya terhadap Pola Pembelajaran di Indonesia”.
Diskusi dimulai pukul 08.00 s.d. 12.30 WIB. Diskusi yang dilakukan melalui forum WhatsApp Group (WAG) ini menghadirkan tiga narasumber, yakni dosen Mikrobiologi, Dr. Mahanani Tri Asri, M.Si., dosen Imunologi, Erlix Rakhmad Purnama, S.Si., M.Si., dan dosen Pendidikan Jurusan Biologi, Dr. Rinie Pratiwi Puspitawati., M.Si.
Dalam pemaparannya, Mahanani mengatakan jika proses penyebaran covid-19 bisa terjadi melalui tetesan kecil cairan (droplet) yang disebarkan penderita positif covid-19, bisa juga melalui kontak dengan sekresi pernapasan penderita atau kontak dengan permukaan dan peralatan yang terkontaminasi virus covid-19. Gejala yang ditimbulkan seperti batuk, panas, mual/muntah, sakit kepala, dan lain sebagainya sampai mengalami tahap lanjut radang paru-paru dan bronkitis.
“Untuk mencegah penularan covid-19 bisa dengan mematuhi prosedur pencegahan standar yang berlaku seperti cuci tangan, cek suhu, pakai masker dan menjaga jarak dengan sesama. Kemudian mematuhi protokol pemeriksaan awal seperti identifikasi pasien, penempatan pasien sesuai kondisi pasien dan langkah pencegahan tambahan lain sesuai aturan Puskesmas/ rumah sakit,” jelas Mahanani.
Sebagai pakar imunologi, Erlix juga memaparkan jika sistem imun memiliki peran penting dalam pertahan diri terhadap penyerangan virus, dalam hal ini yakni pada kasus covid-19. Sistem imun yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Data yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih dominan terkena covid-19 dengan hampir 58% pasien adalah laki-laki dan dalam jangka penyembuhan juga lebih cepat pada perempuan.
“Tubuh saat sedang terkena suatu virus akan merangsang sebuah reaksi imun yang luar biasa dalam tubuh, sehingga hal ini bisa menimbulkan rasa sakit ketika reaksi imun sedang bekerja. Namun tidak semua merasakan sakit karena bergantung kekebalan sistem imun yang dimiliki. Hal ini karena terjadi badai sitokin atau protein terlarut dalam darah yang memiliki peran imunologis dalam tubuh,” papar Erlix.
Sementara itu, Rinie Pratiwi mencoba mendefinisikan kutipan petuah dari Ki Hadjar Dewantara, yakni “Jadikanlah setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru”. Menurut Rinie Pratiwi, petuah tersebut dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran seperti saat pandemi ini, dimana kita hanya bisa belajar dari rumah. Merujuk pada petuah tersebut, pesan tersirat yang dapat kita ambil yakni menjadikan rumah sebagai sekolah dan siapa yang lebih dewasa dirumah sebagai gurunya.
“Penyampaian pelajaran dapat dengan pengemasan materi pelajaran yang diawali dari fenomena pandemi yang sedang terjadi saat ini. Kita tuntun siswa untuk mempelajari materi dengan mengedepankan prinsip-prinsip berpikir ilmiah sehingga akan terbentuk sikap ilmiah. Sikap ilmiah akan menjadi barier dari kacaunya pola pikir dan informasi yang tidak tepat. Dengan melatih literasi sains seperti saat ini, semua orang cuci tangan, berjemur disinar matahari, mengonsumsi vitamin dan herbal yang dapat diberikan alasan logisnya melalui siswa kita, sehingga mereka dapat mengetahui informasi yang benar dan bukan hoaks,” jelas Rinie. (Madina/ay)
Share It On: