www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Penerapan pembelajaran di masa pandemi selalu menjadi pembahasan yang menarik di kalangan akademisi maupun praktisi. Terlebih saat ini, ada rencana penerapan pembelajaran dilakukan secara tatap muka ke depannya dengan sistem hybrid (tatap muka dan tatap maya).
Menyambut penerapan pembelajaran tatap muka, lembaga pendidikan memang harus dipersiapkan secara matang dan perlu strategi pembelajaran yang tepat. Atas alasan itulah, mahasiswa Pendidikan Biologi 2018 B, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unesa mengadakan Webinar Pendidikan dengan tema Revitalisasi Strategi Pembelajaran Era New Normal pada Minggu (23/05/2021).
Narasumber yang dihadirkan yakni ada 2 pemateri, yang pertama Ilfi Choiru Rohmatin selaku Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA, Unesa, dan yang kedua Dr. Rinie Pratiwi Puspitawati, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi, FMIPA, Unesa. Acara webinar ini di moderatori oleh Firdatus Sukma Fitri dan Mia Savita sebagai MC, yang keduanya mahasiswa jurusan biologi FMIPA, Unesa.
Dr. Sifak Indana, M.Pd, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FMIPA, Unesa dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan tersebut dapat menjadi sarana penyampaian informasi terkait persiapan pembelajaran tatap muka dan penyesuaian strategi pembelajaran di era new normal.
Menurutnya, perlu adanya strategi yang harus dipikirkan agar pembelajaran mampu mengubah atau memahamkan siswa, dari yang mulanya pembelajaran tatap muka sampai berubah dalam pembelajaran online kemudian akan diterapkan pembelajaran tatap muka.
Pada kesempatan itu, Dr. Rinie Pratiwi Puspitawati, M.Si menjelaskan tentang HOTS dan pembelajaran daring. Menurutnya kompetensi abad ke-21 menunjukkan bahwa berpengetahuan melalui core subjects saja tidak cukup, harus dilengkapi dengan kemampuan kreatif, kritis, berkarakter, bertanggung jawab, toleran, sosial, produktif, serta adaptif dan juga didukung kemampuan berkomunikasi.
Pembelajaran daring memungkinkan untuk mengembangkan berpikir logis siswa melalui pembelajaran yang dikelola berbasis argumentasi. Argumentasi yang diukur memiliki komponen klaim, data, warrant, backing, kualifikasi serta sanggahan.
Untuk memunculkan argumentasi, siswa diberikan pertanyaan HOTS yang memiliki stimulus berupa fenomena yang memuat konsep yang berhubungan dengan sebab akibat, sehingga didapatkan presentase munculnya indikator dari jawaban siswa tersebut. “Beragumentasi adalah hasil dari berpikir kritis dan itu penting diwujudkan dalam setiap strategi pembelajaran di masing-masing kelas maupun ruangan,” ujarnya.
Sementara itu, Ilfi Choiru Rohmatin menyampaikan materi tentang pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran era new normal. Dalam pemaparanya, pandemi Covid-19 mengubah secara revolusioner pembelajaran yang diselenggarakan oleh berbagai tingkat pendidikan. Dalam waktu cepat, baik sekolah maupun perguruan tinggi dipaksa untuk melaksanakan pembelajaran secara daring.
Didasarkan pada survey sederhana, menurutnya, pembelajaran daring memiliki kendala yang paling utama yakni infrastruktur teknologi komunikasi dan internet. Tidak semua siswa atau mahasiswa tinggal di kota dengan jaringan internet yang baik, ada juga yang berada di pedesaan, di dekat gunung sehingga mengalami masalah jaringan.
Kemudian kendala yang kedua yakni rasa bosan mengikuti pembelajaran daring. Meskipun terdapat kendala, pembelajaran harus tetap dilaksanakan. “Sehingga dibutuhkan penggunakan LMS (Learning Managament System) dengan berbagai konten yang bisa digunakan selama pembelajaran daring sesuai kebutuhan,” tuturnya. (Aida)
Share It On: