Dosen Fakultas Teknik sekaligus Kasubdit Hilirisasi Hasil Inovasi, Inkubator Bisnis, dan Kewirausahaan UNESA, Agung Prijo Budiono (dua dari kanan-kopiah) menjadi narasumber Talkshow Inspiratif IDEA EXPO BPSDMI di Jakarta.
Unesa.ac.id., SURABAYA–Hilirisasi adalah proses mengubah hasil penelitian dan pengembangan menjadi produk yang bisa dipasarkan ke konsumen. Proses ini tidak bisa dilakukan begitu saja, tetapi harus melalui sejumlah tahapan penting sampai peluncuran pasar.
Hal ini disampaikan Agung Prijo Budiono, Kepala Subdirektorat Hilirisasi Hasil Inovasi, Inkubator Bisnis, dan Kewirausahaan UNESA, saat menjadi narasumber Talkshow Inspiratif IDEA EXPO 2024 yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) di bawah Kementerian Perindustrian, di Plaza Industri, Jakarta, pada 19 Desember 2024.
Acara dengan tema "Hilirisasi Produk Prototipe Inovasi: Menentukan Produk hingga Strategi Branding" ini dirancang untuk mendorong pengembangan kewirausahaan dan inovasi melalui kolaborasi antar pelaku bisnis, akademisi, dan pemerintah.
Dosen Fakultas Teknik UNESA itu menyampaikan alasan yang mendasari suatu produk untuk bisa dilakukan hilirisasi adalah dengan mengenali product-market fit atau PMF. Dengan begitu, produk yang dihasilkan akan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pembeli.
Sementara tahapan yang diperlukan untuk mencapai PMF bisa melalui beberapa tahapan. Pertama, penelitian dan identifikasi masalah. Hal ini berkaitan dengan riset pasar, tentang kebutuhan konsumen atau masalah yang paling banyak terjadi.
Ada dua pendekatan yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah, dengan pendekatan design thinking (masalah pengguna) dan reserve design thinking (optimalisasi dan penambahan fitur solusi produk yang sudah ada).
Kedua, pengembangan prototipe. Langkah ini bertujuan untuk menguji ide dengan cepat dan murah, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan produk, dan mendapatkan feedback awal dari konsumen atau pengguna potensial.
Ketiga, validasi produk. Pada tahap ini produk akan diuji untuk mengetahui apakah produk benar-benar dapat memecahkan masalah yang diidentifikasi sebelumnya.
Kasubdit Hilirisasi Hasil Inovasi, Inkubator Bisnis, dan Kewirausahaan UNESA pose bersama narasumber lain, pembawa acara, dan pihak penyelenggara usai sesi talkshow.
“Validasi ini bisa dilakukan dengan mengidentifikasi masalah teknis, survei dan wawancara penggunaan, serta menerima feedback dan melakukan iterasi pengembangan,” bebernya.
Keempat, iterasi dan penyempurnaan produk. Pada tahapan ini terdapat proses mengembangkan fitur baru dan menghapus fitur yang tidak relevan, perbaikan bug dan kesalahan teknis, juga meningkatkan user experience atau UX untuk memastikan produk mudah digunakan.
Kelima, penerimaan pasar dan branding. Tahapan ini melibatkan uji pasar skala kecil, menganalisis data pelanggan seperti tingkat retensi, kepuasan, dan penggunaan fitur, dan meningkatkan akuisisi pelanggan dengan memperhatikan pengukuran keberhasilan produk.
Setelah kelima tahapan tersebut, tahapan yang perlu dilakukan selanjutnya ialah melakukan pemasaran dan peluncuran produk, evaluasi dan pengembangan lanjutan, dan melakukan scale-up di antaranya ekspansi ke segmen baru, meningkatkan kapasitas operasional, dan menambah fitur baru.
"Dengan beberapa tahapan ini, Anda (peserta) akan bisa membangun produk dari prototipe menjadi produk fit (PMF) yang siap dikomersilkan, terlebih kebanyakan dari Anda adalah mahasiswa," ucap Agung Prijo Budiono.
Dalam kegiatan ini, juga terlibat dua mahasiswa UNESA yang mewakili Balai Diklat Industri (BDI) Surabaya. Muhammad Sayyidul Ummam Ryo Saputra, dari Prodi S-1 Teknik Mesin, membawakan produk Voice Start Moto.
Produk tersebut dirancang untuk meningkatkan keamanan kendaraan motor dan membantu pengguna menemukan lokasi parkir serta menyalakan kendaraan melalui smartphone menggunakan sistem perintah suara. Sementara itu, Salsabilah Alfi Zaidan Amanullah, juga dari Prodi S-1 Teknik Mesin, membawakan produk Ride Refine, yaitu lampu aksesoris helm motor yang inovatif.[*]
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi pribadi Agung Prijo Budiono
Share It On: