
Panitian menyiapkan menu makanan dan takjil dalam agenda buka bersama di Unesa Kampus 2 Lidah Wetan.
Unesa.ac.id, SURABAYA—Banyak cara meraih keberkahan di bulan suci Ramadan, salah satunya bisa dengan berbagi takjil gratis sebagaimana yang banyak terlihat jelang buka puasa di berbagai lokasi baik itu di jalan-jalan, maupun di masjid-masjid. Semangat berbagi ini memiliki makna secara agama maupun sosial.
Spirit berbagi ini tidak lepas dari dorongan agama yang menganjurkan penganutnya untuk berbagi keberkahan dengan sesama. Berbagi merupakan salah satu bentuk kosolehan sosial yang berdampak bagi masyarakat.
“Agama menggerakkan orang untuk beribadah sekaligus berbuat baik yang nyata dirasakan masyarakat. Ini penting bagi masyarakat yang banyak mengalami kesenjangan,” ucap sosiolog Universitas Negeri Surabaya (Unesa), M. Jacky.
Menurut dosen Prodi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) itu, fenomena berbagi merupakan bentuk kepekaan dan solidaritas sosial. Setidaknya, ada beberapa manfaat berbagi takjil dari perspektif sosial sebagai berikut:
1. Meningkatkan Rasa Kepedulian dan Empati
Berbagi takjil merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan, seperti pekerja harian, musafir, atau masyarakat kurang mampu.
Aksi sosial ini dapat menumbuhkan empati dengan merasakan dan memahami kondisi orang lain yang mungkin kesulitan mendapatkan makanan berbuka.
2. Mempererat Hubungan Sosial
Tradisi berbagi takjil sering dilakukan secara kolektif, baik oleh keluarga, komunitas, maupun organisasi. Ini menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial, membangun kebersamaan, serta memperkuat nilai-nilai gotong royong di masyarakat.
3. Menciptakan Rasa Kebersamaan dan Kesetaraan
Berbagi takjil menghilangkan sekat sosial antara berbagai lapisan masyarakat. Siapa pun bisa berbagi tanpa melihat status sosial, sehingga menciptakan rasa kebersamaan dan kesetaraan di antara masyarakat.
4. Memperkuat Budaya Gotong Royong dan Filantropi
Bulan Ramadan sering kali menjadi momentum untuk meningkatkan kegiatan sosial. Tradisi berbagi takjil mengajarkan masyarakat untuk saling tolong-menolong, yang merupakan bagian dari budaya gotong royong dan semangat filantropi dalam Islam.
5. Meringankan Beban Sesama
Berbagi takjil membantu meringankan beban sebagian orang, sehingga mereka bisa berbuka tepat waktu, tanpa harus mengkhawatirkan makanan.
6. Menumbuhkan Sikap Dermawan dan Ikhlas
Ramadan mengajarkan nilai-nilai kedermawanan dan keikhlasan dalam memberi. Berbagi takjil menjadi salah satu bentuk latihan untuk berbagi tanpa mengharapkan balasan, melainkan semata-mata untuk menebar kebaikan.
Agar sikap berbagi tidak berdampak negatif secara mentalitas bagi penerima manfaat, sebaiknya sikap berbagi dimaknai sebagai dukungan sosial dan motivasi agar peneriman manfaat tetap semangat memperbaiki kualitas hidup atau ekonominya.
Dosen pengampu mata kuliah Kajian Masalah-Masalah Sosial itu berharap semangat berbagi di bulan Ramadan dapat dipertahankan di bulan-bulan lainnya. Dia berharap, semangat berbagi ini dilakukan atas dasar keikhlasan dan bentuk kesadaran untuk mengurangi kesenjangan sosial. [*]
***
Reporter: Muhammad Azhar Adi Mas’ud (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: