Hari ini, Kamis (14/8/2014) Prof. Dr. Warsono, M.S. secara resmi dilantik sebagai Rektor Unesa 2014 2018 oleh Mendikbud, Muhammad Nuh di Graha Utama Gedung A Kemdikbud Jakarta. Warsono menggantikan Muchlas Samani yang telah mengakhiri masa kepemimpinannya dan memasuki masa purnatugas sebagai PNS. Pada masa kepemimpinan Muchlas Samani, Warsono dikenal sebagai Pembantu Rektor III Unesa. Kariernya tergolong cepat. Sebelum menjadi PR III Unesa, ia menjadi Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan sebelum naik menjadi dekan, ia menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan (PMP-Kn).
Guru besar bidang ilmu sosial ini mengawali petualangan akademiknya di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1983 untuk jenjang S-1, kemudian pada tahun 1992 ia melanjutkan studi magister di Universitas Indonesia (UI) dan untuk meraih gelar doktoral, ia studi Universitas Airlangga (Unair). Saat diwawancarai Reporter Humas Unesa tentang terpilihnya sebagai Rektor Unesa, ia mengaku takdir ini bisa dikatakan merupakan karma baginya yang tak menyukai cita-cita sebagai guru. Ia bercerita bahwa dulu saat masih di bangku sekolah, ia sering bertanya kepada guru tentang suatu hal yang membuat sang guru berpikir panjang dan jika guru tak bisa menjawab, justru ia bangga. Dari hal-hal seperti itu, ia senang karena seringkali tidak mendapat pekerjaan rumah (PR), justru gurulah yang punya PR untuk mencari tahu atau membaca buku lebih banyak agar bisa menjawab pertanyaannya.
Dulu saya tidak ingin menjadi guru, saya ingin menjadi dokter, sudah saya rencanakan sejak kecil. Sudah mengikuti tes sebanyak tiga kali dan akhirnya justru masuk jurusan ilmu filsafat. Bingung, karena tidak sesuai harapan namun suatu saat saya sadar bahwa semua ilmu basisnya adalah filsafat. Setelah lulus, saya melamar untuk mengajar di Unair, tetapi disarankan untuk melamar di IKIP. Awalnya saya tidak mau, tetapi ada yang bilang bahwa mengajar di Unair ataupun IKIP sama saja. Saya dulu melamar di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) karena saat itu dibutuhkan dosen filsafat ilmu, tetapi ternyata SK saya keluar di Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Itulah keajaiban-keajaiban dari Tuhan untuk saya agar melangkah dengan yakin dan pasti untuk menjadi yang lebih baik, jelas Warsono saat flash back perjalanan hidupnya.
Kemarin, ketika bertemu dengan teman-teman, banyak yang heran ketika saya terpilih menjadi rektor. Mereka mengatakan bahwa bagaimana bisa saya menjadi rektor di LPTK padahal saya bukan berasal dari pendidikan, tambah pria kelahiran Boyolali tersebut. Masa depan bisa direncanakan, tetapi kita tidak tahu di titik mana kita akan berhenti. Harus ada optimisme dan langkah-langkah yang harus dilakukan, tutupnya dengan yakin. (Lina/Byu)
Share It On: