Unesa.ac.id, SURABAYA-Adinda Nur Qomariyah dan Oktaviani Tri Saprika paham betul bahwa bakat harus terus diasah dan dilatih, salah satunya lewat kompetisi. Karena itulah, dua mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA itu kerap unjuk kemampuan menulis dalam berbagai kompetisi dan tidak sedikit berbuah prestasi.
Pada Perlombaan Esai Nasional (PENA) yang diselenggarakan Unit Keilmiahan Mahasiswa, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada Oktober lalu misalnya, mereka memperoleh Juara satu. Lomba tersebut bertema “Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan dalam Menghadapi Era Distrupsi 4.0 untuk Generasi Masa Depan” yang diikuti sekitar 80 peserta mahasiswa dari berbagai kampus di seluruh Indonesia.
Dalam kompetisi itu, Adinda dan Okta mengusung esai berjudul “Sirkus (Pengusir Tikus): Inovasi Alat Smart Farming Pengusir Hama Tikus Berbasis Gelombang Ultrasonik dan Solar Guna Mewujudkan Lamongan Mandiri Swasembada Pangan”.
Esai tersebut berangkat dari kondisi pertanian di lapangan, khususnya di Lamongan yang diserang hama tikus dan itu berdampak pada penurunan hasil panen para petani. Selama ini, petani membasmi hama tersebut menggunakan bahan pestisida yang tentu berdampak panjang pada ekosistem lingkungan.
“Bahan dan buat alat apa yang kira-kira bisa membasmi hama tikus, tetapi tidak terlalu berdampak pada ekosistem lingkungan,” pertanyaan mereka saat itu. Lantas, mereka mencari berbagai refrensi dan melakukan studi pustaka serta berdiskusi dengan petani termasuk dengan beberapa pihak terkait.
Hasilnya, gelombang ultrasonik dan sollar cell sebagai sumber energi ternyata bisa dimanfaatkan untuk mengusir tikus. “Riset kecil-kecilan ini akhirnya kami usulkan ke lomba dan alhamdulillah juara,” ujar Adinda.
Adinda berharap, gagasan atau temuan mereka bisa bermanfaat bagi masyarakat. Titel juara tersebut bisa menjadi motivasi bagi mereka untuk terus menorehkan prestasi ke depannya. Menurutnya, lomba tidak semata untuk juara, tetapi yang lebih penting bisa menguji gagasan dan inovasi untuk masyarakat. “Dengan ikut lomba, kita jadi tahu gagasan kita kurangnya di mana dan arahnya nanti ke mana. Dengan lomba, kita bisa menyempurnakan ide lewat masukan-masukan teman atau dewan juri. Ini juga sebagai latihan agar terbiasa membuat karya ilmiah,” katanya.
Dia juga berharap pencapaian itu bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi yang lain. “Tugas kita hanya mencoba, belajar dan berdoa sampai kita benar-benar mengetahui batas maksimal dari usaha dan menikmati manisnya ikhtiar. Jika gagal, bangkit dan berusaha lagi, tetap bersabar dan barengi dengan doa dan dukungan orang tua. Itu prinsip kami,” ucapnya. [Humas UNESA]
Penulis: Wulida
Editor: @zam*
Share It On: