www.unesa.ac.id
Hanan, demikian ia akrab disapa, tak pernah menyangka jalan hidupnya akan menjadi seorang perwira karier. Sewaktu kecil, cita-citanya begitu sederhana. Ya sangat sederhana. Ia hanya ingin menjadi guru olahraga SD. Tidak lebih. Maka, untuk mewujudkan cita-cita sederhana itu, selepas SMP ia pun meneruskan pendidikan di Sekolah Guru Olah Raga (SGO).
Dari Sekolah Guru Olah Raga itulah Hanan mulai menapaki cita-citanya menjadi guru olah raga di Sekolah Dasar. Dari Sekolah Guru Olah Raga itulah Hanan ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pendidik, sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Tekad kuat membuat Hanan begitu menikmati pendidikannya di SGO. Ia pun berkeyakinan kuat begitu lulus dari SGO, akan dapat langsung menjadi guru olah raga. Namun, keyakinan Hanan ternyata tidak sesuai rencana. Setelah lulus SGO, ia tidak dapat langsung menjadi guru olahraga. Untuk menjadi guru olah raga, syaratnya harus mengikuti jenjang Diploma 2.
Hanan pada awalnya tentu kecewa. Namun, demi mewujudkan keinganan sebagai pendidik, kekecewaan itupun ia pendam dalam-dalam. Tak ada ratapan, apalagi tangisan. Dengan tekad membaja dan pertimbangan yang matang, Hanan pun memantapkan hati melanjutkan lagi studi. Kali ini, tidak lagi Diploma 2, tetapi ia memutuskan mengikuti program S1 di IKIP Surabaya. Tujuannya, agar di kemudian hari dapat menjadi guru olahraga tingkat SMA. Di IKIP, ia memilih Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dulu masih bernama FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan).
Hanan memang bukan berasal dari keluarga kaya raya. Ia hidup dalam lingkungan keluarga yang sederhana. Meski demikian, kondisi itu tidak menyurutkan niatnya untuk dapat menyelesaikan studinya di IKIP Surabaya. Dengan berbagai upaya, Hanan akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan S1 IKIP Surabaya selama 4 tahun persis. Ia pun resmi menyandang gelar sarjana.
“Dulu kalau kuliah di IKIP, di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), sarananya masih terbatas. Kalau mau latihan renang harus ke Gunung Sari. Kalau mau atletik harus ada di GOR. Tidak seperti sekarang yang fasilitasnya sudah ada dalam satu tempat,” ungkapnya.
Hanan menuturkan bahwa agar kuliah dapat selesai tepat waktu, faktor kedisiplinan mengikuti program kuliah harus menjadi prioritas. Ia tidak melarang mahasiswa berorganisasi, bahkan sangat menganjurkan mahasiswa ikut dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Hanya saja, kegiatan tambahan tersebut jangan sampai membuat kuliah terbengkalai sehingga mengakibatkan kemoloran kelulusan. (emir/bersambung)
Share It On: