www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA–Awal-awal memasuki gerbang, lorong universitas hingga kegiatan di fakultas, mahasiswa baru (maba) sudah pasti bertemu dengan mahasiswa lama di kampusnya. Sosok yang mereka sebut sebagai senior ini menjadi salah satu yang mempengaruhi perkuliahan maba.
Dari seniornya, ada maba yang mendapat pengaruh positif dan ada pula yang mendapat pengaruh sebaliknya. Menurut dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Muhammad Danu Winata, S.Sos, M.A., M.Si (Han), ada beberapa catatan relasi maba dan senior di kampus yang perlu dikoreksi dan diperbaiki.
Seperti, tradisi kultus senior. Dengan kata lain, masih ada senior yang ingin dikultuskan atau dihormati secara lebih oleh juniornya. Kemudian, otoriter atau merasa memiliki power di kampus sehingga cenderung memerintah atau menyuruh.
Selain itu, senior kerap berbicara melangit dengan diksi yang sulit untuk menampakkan otoritas kesenioran dan kehebatannya. Juga masih ada beberapa relasi doktrinasi senior-junior yang kontraproduktif dengan perkuliahan atau pengembangan diri maba.
"Memang tidak semua senior otoriter, ingin didewakan dan mempelonco juniornya. Namun, di kampus masih ada yang begitu. Pun doktrinasi kontraproduktif yang mengarah ke hal-hal negatif. Itu semua harusnya ditinggalkan," ucapnya.
Dosen yang juga sebagai pembina organisasi mahasiswa itu memberikan beberapa kiat membangun relasi positif dan produktif antara maba dan seniornya di kampus.
www.unesa.ac.id
01. Respect: relasi antara junior dan senior di kampus harus saling menghormati. Junior menghormati senior, begitupun sebaliknya. Sebaiknya hindari relasi gaya militeristik yang kaku atau harus patuh. Yang ditunjukan dalam relasi ialah respect satu sama lain.
02. Egaliter: hubungan antara junior dan senior harus setara atau sama. Prinsip ini harus ditanam dan dipahami baik-baik, sebab status mahasiswa sama saja, baik itu yang maba atau yang lama. Bedanya hanya dari segi waktu masuk kuliah saja. Senior lebih dulu masuk, sementara maba baru mengenal kehidupan kampus.
03. Saling melengkapi: maba dan senior, relasinya harus saling melengkapi atau berkolaborasi. Kendati senior lebih dulu kuliah, belum tentu lebih tahu banyak hal. Apalagi sekarang ini sumber belajar dan informasi sangat melimpah.
Sudah tidak ada lagi istilah senior lebih paham atau paling benar di semua hal, karena ilmu pengetahuan atau skill mudah didapatkan. Sudah banyak bukti, mahasiswa antar angkatan seling kolaborasi menghasilkan karya dan inovasi yang lolos pendanaan pusat (kementerian).
04. Teman sharing: setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, karena itu relasi di kampus sebaiknya atas asas pertemanan untuk saling melengkapi. Senior yang lebih paham kehidupan kampus, perlu sharing ke juniornya dengan cara yang tidak mendikte baik itu soal akademik maupun non-akademik.
Bagaimana agar dapat proyek pendanaan kampus dan pusat, cara menang kompetisi atau lomba tingkat regional-internasional dan sebagainya itu tentu perlu diturunkan ke juniornya. Intinya ada upaya saling melengkapi untuk kesuksesan masing-masing.
05. Diskursus: maba dan senior biasanya bertemu di kegiatan kuliah atau diskusi. Nah, sebaiknya forum-forum diskusi ini tidak berisi doktrin-doktrin, tetapi lebih ke diskursus yang menumbuhkan ide dan gagasan kreatif antar-mahasiswa; lama maupun baru. Selain itu, juga perlu mengedepankan hal-hal yang sifatnya dialogis dan transfer knowledge. [*]
***
Penulis: Sindy Riska
Editor: @zam Alasiah*
Sumber: Dielaborasi dari hasil wawancara tim reporter Humas; Sindy Riska dengan Muhammad Danu Winata, S.Sos, M.A., M.Si., (Han).
Foto : Dokumentasi tim Humas unesa
Share It On: