Rasa senang, sedih, dan bahagia campur aduk menjadi satu karena sempat tak percaya bahwa dirinya dinobatkan menjadi wisudawan terbaik mewakili Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. "Predikat cum laude dengan IPK 3,74 tidak saya dapatkan dengan mudah karena butuh perjuangan yang sangat panjang. Dari mempersiapkan ekonomi, harus pandai membagi waktu antara kewajiban perkuliahan, mengerjakan tugas-tugas, dengan kegiatan-kegiatan yang lainya seperti les private. Karena selama 3,5 tahun saat perkuliahan saya tidak pernah meminta uang saku kepada orangtua tetapi saya ingin mandiri dan membiayai perkuliahan dengan hasil jerih payah sendiri," tutur Heni.
Awal masuk perkuliahan, lanjut Heni, ia sudah menanamkan pada dirinya bahwa suatu studi bagaikan sebuah siklus "biji", diperkuliahan ibarat media tanam (tanah) dan diri sendiri sebagai pengelola bagaimana caranya agar biji tanaman tersebut dapat berkembang dan tumbuh menjadi pohon, batang kuat, berdaun lebat dan berbuah manis. Oleh karena itu, seorang mahasiswa harus berusaha keras memupuk, menyiram, menyiangi, dan lain-lain. Singkatnya, dalam awal perkuliahan ia sudah harus mempunyai visi yang jelas. Kemudian saat perkuliahan harus menerapkan dengan action. Untuk mencapai visi tentu membutuhkan strategi. "Saya harus bisa fleksibility terhadap segala hal agar dapat mencapai hasil yang memuaskan," imbuhnya.
Heni menceritakan, banyak teman-temannya yang mengatakan bahwa apabila dia mengerjakan tugas tidak tanggung-tanggung, dia totalitas dalam mengerjakan semua tugas. Ternyata, hasil tak pernah mengkhianti usaha. Terbukti, kini Heni mendapatkan anugerah wisudawan terbaik yang diidam-idamkan semua mahasiswa. Prestasi tersebut sesuai dengan misinya, yaitu ketika belum mencoba sekalipun hal itu adalah hal baru jangan pernah katakan tidak , cobalah terus hingga hanya dua kemungkinan terbaik atau terpuruk dan semua harapan itu hanya ada dalam genggaman tangan kita.
Selain itu, kunci keberhasilan Heni untuk meraih IPK tertinggi juga tak lepas dari dukungan kedua orangtuanya. Mereka menjadi motivator karena perjuangan mereka yang gigih tidak ada rasa malu selagi pekerjaan mereka halal dan tidak merugikan orang lain, mereka terus melakukannya dengan ikhlas dan bersemangat. Bekerjanya mereka adalah semangat dan sumber keberhasilan Heni.
"Harapan saya setelah lulus bisa melanjutkan S-2 dengan beasiswa dan bekerja sehingga setidaknya saya bisa sedikit membantu beban yang dipikul kedua orangtua saya," pungkasnya. (Aziz/KK/Humas)
Share It On: