Mereka menggunakan metode penjualan delivery untuk melakukan transaksi sedangkan pemesanan dapat dilakukan melalui jejaring sosial. Lia mengaku sedikit kesulitan saat mengantar pesanannya, tapi mereka tetap menjalankan usaha tersebut dengan baik. "Kita kan cuma pakai sepeda motor ya, jadi bawaannya ya banyak gitu mbak," kata perempuan berkulit sawo matang ini ketika di wawancarai di rumah produksinya yang berada di daerah Gunungsari. Sayang sekali kelima personil kelompok tersebut tidak bisa hadir seluruhnya saat diwawancarai reporter Humas Unesa.
Mereka melakukan produksi ketika ada waktu luang disela sela jadwal perkuliahan yang padat. Jadi masih kurang memungkinkan untuk mereka bila ada pelanggan yang memesan secara mendadak. Saat ini mereka sudah menyediakan tiga menu untuk dipilih para pelanggan, yakni kebab semanggi, pecel semanggi, dan simontea (semanggi lemon tea). Keinginan terbesar mereka adalah melestarikan semanggi yang merupakan makanan khas dari Surabaya itu.(Rizal Arfiansyah/Byu)
Share It On: