Muchlas Samani, Rektor UNESA periode 2010-2014 menyampaikan peran penting, kontribusi guru besar bagi lembaga, masyarakat, dan negara, serta perlunya menyiapkan generasi muda yang lebih siap dan adaptif menghadapi tantangan masa depan.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Guru besar atau profesor merupakan jenjang akademik puncak seorang akademisi atau dosen di perguruan tinggi. Namun, jenjang tersebut bukan tujuan, tetapi sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu sendiri. Tujuan di sini bermakna umum yang menekankan pada asas manfaat seorang guru besar terhadap lembaga, masyarakat, bahkan negara.
Hal itu disampaikan Muchlas Samani, Rektor Universitas Negeri Surabaya periode 2010-2014, saat memberikan sambutan dalam pengukuhan 11 guru besar UNESA di Gedung Pertunjukan Sawunggaling (GPS), kampus 2 Lidah Wetan, pada Selasa (12/11/2024) lalu.
"Perkataan John Fitzgerald Kennedy bisa kita jadikan bahan banding yaitu jangan tanya apa yang diperbuat negara untuk Anda, tetapi bertanyalah apa yang Anda perbuat untuk negara," ucap guru besar UNESA yang memimpin Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (Lamdik) itu.
Hal ini berarti, lanjutnya, ketika dikukuhkan, guru besar perlu bertanya mengenai apa yang bisa disumbangkan untuk bangsa ini, negara ini, minimal kepada UNESA sebagai tempat bekerja dan berkarir sebagai akademisi.
Sebagai akademisi senior, Muchlas Samani sangat mafhum bahwa berkarir sebagai guru atau dosen itu sangatlah menantang. Sekolah atau studi di masa lalu, bekerja sekarang, dan menyiapkan anak-anak atau generasi bangsa untuk masa depan.
Masa depan yang ingin dituju ini hanya dalam bentuk bayang-bayang di benak, tetapi bagaimana realitanya belum ada yang tahu. Tidak ada yang bisa menebak dengan pasti, apa yang akan terjadi dalam lima atau bahkan sepuluh tahun yang akan datang.
Tiga rektor senior pose bersama pimpinan dan 11 guru besar UNESA yang dikukuhkan.
"Sangat mungkin, apa yang Anda ajarkan sekarang, dalam lima tahun yang akan datang itu sudah tidak ada gunanya, karena zaman sudah berganti. Karena itu, pertanyaannya, apa yang kita lakukan untuk menyiapkan mahasiswa untuk siap menghadapi era masa depan, era digital dan kecerdasan buatan," imbuhnya.
Dengan bayangan masa depan yang seperti itu, ia mengajak para akademisi termasuk guru besar untuk membayangkan tantangan ke depan, dan memikirkan strategi agar mahasiswa yang dididik sekarang mampu bersaing di masa depan.
"Rasanya ke depan memerlukan ilmu transdisiplin, karena tidak ada satu pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan satu disiplin ilmu saja. Monggo dicarikan bentuk transdisiplin keilmuan di perguruan tinggi, termasuk apakah program yang sempit-sempit itu masih relevan ke depan," tukasnya.
Hal ini penting dipikirkan. Sebab, dari berbagai pengalaman bahwa pekerjaan yang dilakukan seseorang di dunia usaha dan industri sangat berbeda dengan apa yang sudah mereka pelajari di bangku perkuliahan.
"Apa yang kita gunakan untuk bekerja saat ini hanya 10 atau 20 persen dari yang kita pelajari waktu di kampus dulu. Sisanya, terpaksa kita belajar sendiri. Saya kira itu yang perlu kita pikirkan ke depan. Selamat kepada yang dikukuhkan dan semoga menjadi berkah bagi lembaga dan negara," tutupnya.
Tambahan, pengukuhan 11 guru besar UNESA dihadiri sejumlah tamu penting dan rektor senior. Selain, Muchlas Samani (2010-2014) juga hadir Toho Cholik Mutohir rektor periode 1997-2001, dan Haris Supratno rektor periode 2001-2010, yang saat ini menjabat ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UNESA. [*]
***
Reporter: Dewanda Puspita (Internship), M. Ja’far Sodiq (FIP), dan Prismacintya (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: