Suarabaya Rabu siang (18/03/15), mahasiswa yang tergabung untuk menolak sistem KKN 2015 berangkat dari kampus Unesa Lidah Wetan menuju Gedung Rektorat Unesa kampus Ketintang. Dalam orasinya mahasiswa menyerukan agar sistem KKN 2015 diubah dari yang semula berjalan setiap Sabtu dan Minggu selama dua bulan menjadi tiga minggu saja secara penuh. Menurut koordinator aksi, Ainur Rasuli, sistem KKN Sabtu dan Minggu tidak akan efektif dalam segi kegiatan, waktu, tenaga, dan dana karena hanya dijalankan selama dua hari selama dua bulan. Menanggapi aspirasi mahasiswa, Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. mengajak perwakilan mahasiswa berunding bersama di ruang sidang Gedung Rektorat untuk menyelesaikan permasalahan KKN 2015. Hadir dalam perundingan, empat belas perwakilan mahasiswa dari FBS, FIP, dan FT serta perwakilan dari pihak birokrasi, Rektor Unesa, PR 1, PR 2, PR 3, Kepala LPPM, Sekertaris LPPM, dan Koordinator KKN 2015. Dalam perundingan yang berlangsung sekitar tiga jam tersebut, pada dasarnya perwakilan mahasiswa tidak menolak adanya KKN, tetapi meminta agar sistem KKN diubah. Kami sangat senang dan mundukung adanya KKN ini, tetapi yang menjadi persoalan kami adalah sistem yang kami rasa memberatkan kami, ujar Pungki, perwakilan dari FBS. Menyikapi hal tersebut rektor menginginkan sistem KKN dikembalikan sesuai ide semula, yakni sistem blok secara berkelanjutan. Sistem blok ini adalah ide saya semula, karena ini akan dilakukan secara kontinuitas, jadi mahasiswa akan dibagi dalam beberapa gelombang dan menjalankan KKN selama tiga minggu penuh kemudian disusul gelombang berikutnya agar program yang dikerjakan bisa berlanjut, terang rektor. Hasilnya, rektor dan para pimpinan memutuskan: pertama, perubahan terhadap sistem KKN ini didasari oleh perdebatan secara rasional berdasarkan fakta dan logika. Kedua, intelektulitas sebagai akademisi. Ketiga, sistem KKN 2015 diubah menjadi sistem blok selama tiga minggu penuh di lapangan dan setelahnya ada pemantauan/monitoring dari mahasiswa terhadap program yang telah dijalankan selama dua bulan secara bergiliran. Keempat belas perwakilan mahasiswa yang hadir dalam perundingan akhirnya sepakat dengan keputusan tersebut dan mengucapkan terima kasih kepada rektor beserta jajarannya. Di luar gedung, mahasiswa yang lain menyambut senang keputusan rektor dan mengucapkan terima kasih, Terima kasih Bapak Rektor, sorak seluruh mahasiswa peserta aksi. (Huda/Sandi/SR)