Setelah menjalani puasa sebulan, ada kecenderungan ingin melahap banyak makanan saat lebaran. Ternyata, itu tidak disarankan dari sisi kesehatan. Meski lebaran, pola makan sehat harus tetap diterapkan (ilustrasi/Darya Sannikova_Pexels)
Unesa.ac.id, SURABAYA—Lebaran Idulfitri menjadi momen peralihan pola makan dan minum. Dari yang selama sebulan berpuasa menjadi bebas makan dan minum waktu lebaran. Berbagai sajian makanan dan jajanan khas hari raya membuat banyak orang kalap.
Menurut dosen S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Desty Muzarofatus Sholikhah, S.K.M., M.Kes., setidaknnya ada beberapa perubahan pola makan saat lebaran yaitu dari aspek waktu dan frekuensi.
"Pola makan selama puasa seringkali lebih teratur dan disiplin, dengan makanan yang lebih terkontrol saat berbuka, habis tarawih, dan sahur yang waktu konsumsinya juga terbatas," jelasnya.
Saat lebaran, kecenderungan sajian yang kaya akan lemak dapat meningkatkan risiko kesehatan metabolik. Produksi asam lambung dan insulin pun ikut berubah.
Konsumsi glukosa yang berlebihan setelah lebaran dapat meningkatkan risiko penurunan sensitivitas insulin, yang merupakan faktor penyebab penyakit metabolik seperti diabetes. Oleh karena itulah, saat lebaran diperlukan menerapkan prinsip kontrol diri seperti yang dilakukan saat puasa.
Salah satu langkah yang dapat diterapkan untuk menjaga pola makan saat lebaran yaitu dengan mengikuti pedoman "isi piringku" yang disarankan Kementerian Kesehatan, untuk memudahkan dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi agar tidak terlalu berlebihan.
Selain itu, tidak langsung konsumsi makanan dalam jumlah besar. Mengingat selama puasa biasanya makan hanya dilakukan dua hingga tiga kali sehari, penting untuk memperlambat frekuensi makan pada awal lebaran, untuk memberikan tubuh waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri.
"Pertahankan prinsip menahan hawa nafsu, termasuk nafsu makan, meskipun dihadapkan dengan berbagai hidangan lezat saat lebaran, penting untuk tetap menerapkan kontrol diri dalam mengkonsumsi makanan secara berlebihan," pungkasnya.
Desty juga menyarankan untuk mengawali makanan dengan konsumsi buah. Melaksanakan puasa sunnah Syawal juga bisa sebagai proses melatih tubuh (adaptasi) menghadapi perubahan pola makan dengan lebih baik.
Dosen kelahiran Lamongan itu juga memberikan tips agar tidak kalap saat lebaran. Salah satunya adalah dengan menerapkan prinsip main full eating, yaitu makan secara perlahan dengan penuh penghayatan untuk menikmati setiap rasa makanan tanpa terburu-buru.
Itu dapat menghindari konsumsi makanan secara berlebihan, karena tubuh akan merespon dengan memproduksi hormon kenyang dan lapar, seperti leptin dan ghrelin, secara tepat waktu.
Sebelum berkunjung ke keluarga atau tetangga, disarankan untuk makan terlebih dahulu di rumah dengan makanan gizi seimbang, sehingga tidak terlalu banyak mengonsumsi cemilan saat bertamu.
Penting juga untuk cukupi kebutuhan cairan dengan air putih atau air mineral agar tidak terlalu banyak mengonsumsi gula dari minuman manis, serta tetap bergerak aktif dengan melakukan olahraga rutin minimal 30 menit per hari, yang dapat ditingkatkan intensitasnya secara bertahap. []
***
Reporter: Mohammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto/ilustrasi: Darya Sannikova/Pexels.com
Share It On: