www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA--Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) baru-baru ini menyelenggarakan lokakarya dengan tajuk Workshop for Early Childhood Education Teacher Trainers in Indonesia" bekerja sama dengan The University of York, Inggris.
Acara penting ini dilangsungkan di Four Points Hotel Pakuwon, Surabaya mulai Senin, 21 Agustus hingga Jumat, 25 Agustus 2023. Lokakarya ini merupakan bagian utama dari projek dengan judul ‘Inclusive Literacy Development Training for Pre-Service Teachers in Early Childhood Education in Indonesia’.
Projek ini merupakan kolaborasi antara The University of York, Inggris dengan Unesa dan dapat terlaksana atas hibah internasional, Inggris-Indonesia Going Global Partnerships 2022 dari The British Council. Program Going Global Partnerships mendukung perguruan tinggi di seluruh dunia untuk bekerja sama membangun sistem pendidikan tinggi dan vokasi yang lebih kuat, lebih inklusif, serta saling terhubung secara internasional.
Sebanyak empat belas dosen yang merupakan pendidik calon guru terpilih menjadi peserta dan mencerminkan keberagaman dan keterwakilan, yakni: 7 daerah di Indonesia terwakili 2 peserta dari Sumatera; 2 peserta dari Kalimantan; 2 peserta dari Sulawesi;
www.unesa.ac.id
Selain itu, 1 peserta dari Maluku; 2 peserta dari Papua; 1 peserta dari Bali; 1 orang dari NTT, dan 3 peserta dari Jawa); kesetaraan gender (8 peserta perempuan, 6 peserta laki-laki); dan keberagaman disiplin (10 peserta dari Pendidikan Anak Usia Dini, 4 peserta dari Pendidikan Bahasa Inggris)
Tim pengembang materi
Acara lokakarya ini dibuka oleh Prof. Dr. Siti Nur Azizah, S.H., M.Hum., Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Pengembangan, Kerjasama, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Unesa. Beliau menyampaikan bahwa isu literasi dan inklusi sangat penting dan menjadi perhatian utama di Unesa.
Isu pendidikan inklusif perlu digarap secara kolaboratif agar kita bisa membantu para guru dan calon guru mengatasi kesulitan belajar pada anak-anak sejak usia dini.
Wakil Rektor Azizah mengungkapkan harapannya bahwa lokakarya ini akan menjadi langkah aktif perguruan tinggi di Indonesia dalam mengatasi isu-isu pendidikan yang semakin kompleks di era yang terus berubah.
Lokakarya ini tidak hanya akan mendorong peningkatan kesadaran tentang isu-isu seperti kesulitan belajar, akses pendidikan, dan lainnya, tetapi juga diharapkan memberikan masukan yang konstruktif bagi para pengambil kebijakan di Indonesia.
Selama lima hari penuh, para peserta berdiskusi secara aktif tentang dua topik – Pendidikan Inklusif dan Perkembangan Keterampilan – Literasi Awal dengan dipandu oleh Dr. Andrzej Cirocki dan Dr. Bimali Indrarathne dari The University of York, serta Prof. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum., M.A., Ph.D., dari Unesa.
Salah satu fokus utama dalam lokakarya ini adalah pendidikan anak-anak, khususnya isu kesulitan belajar seperti disleksia yang mencapai 10 persen dari populasi dunia.
Pimpinan Projek Pendidikan Inklusif dan Literasi untuk Usia Dini
Prof. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum., M.A., Ph.D. mengungkapkan bahwa para peserta lokakarya akan berkontribusi dalam mengadopsi dan mengadaptasi materi terkait kesulitan belajar pada anak-anak usia dini. Hasil dari upaya mereka nantinya akan diubah menjadi kursus daring dwibahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Kursus daring ini akan diunggah ke platform pembelajaran yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan dapat digunakan secara luas dan gratis oleh para guru dan calon guru PAUD, PGSD, dan Pendidikan Bahasa Inggris.
Dengan semangat kolaborasi dan semangat pendidikan yang tinggi, lokakarya ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia, serta mendorong peningkatan kualitas guru-guru masa depan.
Pada akhir sesi lokakarya, para peserta mengungkapkan bahwa materi yang dipelajari sangat bermanfaat untuk para calon guru PAUD dalam menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Salah seorang peserta dari Jawa menyatakan rasa senangnya ikut terlibat mengadaptasi materi ke dalam konteks Indonesia. “Saya semakin memahami berbagai strategi untuk mengatasi kesulitan belajar,” ujarnya.
Begitu juga peserta dari peserta dari Kalimantan dan Sulawesi menyampaikan apresiasi mereka atas lokakarya yang sangat menginspirasi dan memberikan wawasan baru tentang disleksia yang belum banyak dipahami guru.
Peserta dari Kalimantan berujar, “kursus online sebagai hasil dari lokakarya ini bisa diimplementasikan kepada guru PAUD dalam memberikan stimulasi penanganan disleksia di Indonesia khususnya di Kalimantan timur.”
Sementara itu, peserta dari Sulawesi mengharapkan kolaborasi antara The University of York dengan Unesa dapat meningkatkan kesadaran guru-guru PAUD tentang cara mengatasi kesulitan belajar dengan tepat.
Lebih lanjut, peserta dari NTT mengatakan, “perpaduan tiga topik utama yakni Pendidikan Inklusif, Perkembangan literasi, dan disleksia dalam lokakarya ini memberikan konsep yang komprehensif tentang penanganan bagi anak dengan kesulitan belajar". [*]
***
Penulis: Tim Lokakarya FBS
Foto: Tim Lokakarya FBS
Share It On: