Helmi Abidin, nama lengkapnya. Ia alumnus Pendidikan Geografi angkatan 2004. Lulus tepat waktu dengan berbagai prestasi menjadi jejaknya di Unesa. Bahkan saat itu ia pun menjadi mahasiswa berprestasi dan berhak mewakili Unesa dalam ajang pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat nasional. Selepas lulus dari Unesa pada 2008 silam ia memasang angan-angan untuk melanjutkan studi S-2 ke luar negeri.
"Agar dapat memperoleh gelar master dari luar negeri saya harus memperoleh beasiswa. Saya sadar butuh perjuangan yang keras untuk mencapai cita-cita itu. Ada dua hal yang selalu saya lakukan untuk memperoleh beasiswa luar negeri. Pertama, saya harus mampu bahasa Inggris dengan baik. Kedua, saya harus mengumpulkan informasi terkait peluang beasiswa luar negeri dan mencoba mendaftarnya," ujarnya.
Kesempatan pertama pun datang dari beasiswa Asian Development Bank (ADB) Scholarship, namun ternyata beasiswa ini mensyaratkan pelamar memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun. Ia belum bisa mendaftar beasiswa ADB kali ini. Selanjutnya, kesempatan kedua datang pada pertengahan April 2011 yakni tawaran beasiswa dari Australian Development Scholarship (ADS) dan Turkish Government Scholarship (TGS). "Keduanya saya coba masukkan lamaran, namun beasiswa dari pemerintah Turki lebih cepat memberikan pengumuman hasil seleksi tahap awal dan akhirnya saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah Turki tersebut," ungkapnya dengan rasa syukur.
Program master (S-2) di Istanbul Technical University (ITU) Turki ditempuh minimal empat semester atau dua tahun. Saya memulai semester pertama (musim gugur) pada September 2012 hingga Januari 2013. "Terasa cukup berat pada semester pertama karena saya mengambil 15 sks untuk 5 matakuliah tetapi dengan tekad yang besar, saya harus tetap menjalaninya. Hampir setiap hari saya menghabiskan waktu di kampus ITU Maslak. Seperti halnya Unesa, ITU memiliki empat kampus yang tersebar di beberapa lokasi yang berbeda antara lain kampus utama terletak di daerah Maslak. Kemudian ada juga yang di Taskisla, Macka, dan Gumusuyu. Tempat perkuliahan saya di kampus utama Maslak.
Selama di Istanbul saya tinggal di asrama mahasiswa milik pemerintah Turki yang jaraknya sekitar tujuh kilometer dari kampus.Setiap hari berangkat kuliah dengan menggunakan metro (subway) yang terhubung langsung dengan kampus ITU. Berangkat ke kampus ITU dengan menggunakan metro (subway) merupakan pilihan yang paling tepat karena waktu tempuh hanya 10 menit dari asrama. Biasanya waktu perkuliahan dimulai pukul 09.30 pagi dan berakhir pukul 12.00 siang. Para dosen dan mahasiswa lainnya selalu datang tepat waktu begitu juga dengan saya.
Di dalam kelas biasanya diisi tidak lebih dari lima belas mahasiswa. Mayoritas mahasiswanya tentu berasal dari Turki dan sisanya mahasiswa asing. Misalnya pada kelas matakuliah risk analysis terdapat empat mahasiswa asing yang terdiri atas satu orang Italia, dua orang Jerman, dan saya sendiri orang Indonesia. Program perkuliahan saya 100 % berbahasa Inggris tetapi ada kalanya dosen menerangkan dalam bahasa Turki untuk mahasiswa Turki sendiri. Cerita lengkapnya tentang pengalaman studi hingga ke ujung dua benua (Asia dan Eropa) ini akan diungkapkan dalam buku "Surat untuk Almamater" yang difasilitasi Pembantu Rektor I Unesa untuk para alumni dan dosen Unesa yang sedang studi lanjut baik di dalam maupun luar negeri. (Abidin/Byu)
Share It On: