www.unesa.ac.id
Surabaya, Unesa.ac.id - Dalam rangka memperingati Dies Natalis Unesa ke-53 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan International Conference on Education Innovation 2017 dengan tema "Empowering Conference on Education Inovation" di Ballroom Hotel Whyndam Surabaya. Seminar yang dihadiri 300 peserta ini menghadirkan empat pembicara kunci, sebagai berikut Prof. Peter Charles Taylor, P.hD., M.Ed., Bsc., DipEd. (Murdoch University, America), Prof. Dr. Muchlas Samani (Unesa), Dr. Carlo Magno (Mapua University, Philippines), dan Dr. Bambang Sumintono (Universitas Malaya, Malaysia), Sabtu (14/10).
Dalam sambutannya Rektor Unesa, Prof. Warsono, menyampaikan bahwa seminar ini didedikasikan untuk kemajuan dan teori dalam seluruh area pendidikan. Seminar ini adalah ajang untuk berdiskusi tentang inovasi antar cabang ilmu pengetahuan yang sedang trend dan mendapatkan solusi dari diskusi yang ada di seminar ini.
Pentingnya inovasi pendidikan menjadi tajuk dalam seminar ini. Sebagai pengisi sesi pertama, Prof. Peter Charles menjelaskan bagaimana pendidikan di segala bidang perlu adanya inovasi melalui transformative learning yang dapat meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri dan membuat peserta didik lebih mudah memahami apa yang diajarkan.
Perspektif tersebut didukung oleh Prof. Muchlas Samani. Mantan Rektor Unesa ini meyakini transformative learning juga dapat meningkatkan soft skill yang dimiliki peserta didik agar tidak kaget saat berada dalam dunia kerja. Faktanya, banyak lulusan universitas yang mencari pekerjaan dalam Job Fair dan banyak pula orang yang tidak mendapatkan nilai bagus malah lebih sukses, serta lulusan universitas sering mendapat pekerjaan yang tidak sesuai apa yang ditekuni.
“Seharusnya 40% dari SKS digunakan untuk mempelajari lintas konsentrasi apa yang diambil. Bisa berbeda jurusan, fakultas maupun universitas. Hal ini merupakan upaya untuk mengantisispasi jika kita sebagai lulusan universitas mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang kita tekuni”, jelasnya.
Lebih lanjut dalam sesi kedua, seminar ini juga mendiskusikan pengembangan skill tenaga pengajar. Seorang pengajar juga harus memiliki skill untuk menyesuaikan diri sering perkembangan menuju abad 21.
Dr. Carlo Magno, dosen Mapua University Filipina menjelaskan soal bagaimana pemahaman diambil melalui lingkungan sekitar mencotohkan. “Jika kita ingin belajar piano, maka kita harus belajar pada teman yang bisa bermain piano. Pada awlanya kita bisa hangout dan berbicara soal piano lalu dilanjutkan dengan prakter bermainnya. Cara ini lebih efektif daripada hanya dengan sebuah teori saja”, jelas Dr. Cargo.
Sementara Bambang Sumintono, dosen Universitas Malaya menjelaskan bahwa nilai menjadi ukuran dalam pembelajaran. Sebuah pembelajaran harus mempunyai ukuran yang jelas agar penilaian pembelajaran juga jelas.
“Menurut pendapat banyak orang, cantik itu relatif. Measurement bukan seperti itu, measurement lebih memiliki nilai kuantitas yang dapat menjadi tolak ukur pembelajaran”, tutur pria asal Indonesia yang menjadi dosen di Malaysia itu.
Acara kemudian dilanjutkan sesi paralel dengan pengelompokan sesuai dengan konsentrasi tema. Sesi ini menjadi ajang bagi dosen, guru, dan peneliti dalam memaparkan hasil penelitian dan Inovasi tentang pembelajaran. (Tar/Nad/Gil/Lus)
Share It On: