www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA- Guna menyambut doktor baru, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menghelat Mimbar Ilmiah bertajuk “Ilmuan Teknologi Pendidikan Bidang Keaktoran” di Auditorium, T14 FBS, Rabu (7/12/2022). Kegiatan ini juga untuk membangkitkan geliat dan meningkatkan kualitas akting di dunia pementasan.
Adapun doktor baru yang disabut tersebut yaitu Welly Suryandoko yang sekaligus menjadi narasumber utama. Puluhan peserta hadir untuk menyambut gagasan dosen yang juga merupakan alumni dari UNESA tersebut.
Indar Sabri, selaku ketua pelaksana menjelaskan kegiatan penyambutan doktor baru itu merupakan rutinitas yang dilakukan jurusan sendratasik setiap ada dosen yang mendapatkan gelar doktor atau profesor. “Ini merupakan upaya yang bisa kami lakukan untuk menghargai dedikasi para dosen yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan studinya,” terangnya.
Sementara itu, Anik Juwariyah, Ketua Jurusan Sendratasik menyebut kegiatan seperti ini selain menghargai dedikasi dosen juga untuk membangkitkan motivasi para mahasiswa dan dosen untuk menyelesaikan studi yang sedang berjalan. “Sampai saat ini di Sendratasik masih dua belas dosen yang sudah menyelesaikan studi doktoralnya dan sekitar empat masih belum rampung. Semoga lekas rampung,” bebernya.
www.unesa.ac.id
Dekan FBS, Trisakti mengapresiasi kegiatan rutinan tersebut. Pasalnya, kegiatan tersebut menggelorakan semangat para mahasiswa dan dosen sendratasik sehingga memiliki SDM yang dihasilkan luar biasa. “Tidak hanya di panggung pentas, inovasi di mimbar ilmiah ini sangat menarik karena topik pada pengembangan model pembelajaran yang dipaparkan barusan pertama ada di Indonesia,” bebernya.
Welly Suryandoko, pada kesempatan itu memperkenalkan model pembelajaran berjudul “Among Rasa” yang dibuat untuk penghayatan serta inner acting pada materi keaktoran. Model pembelajaran ini dibentuk karena adanya kemunduran kualitas akting pada mahasiswa di mata kuliah drama elektronik. “Ini dilihat dari tidak maksimalnya praktek mahasiswa saat pandemi dan kualitas karyanya menurun seperti dialog, ekspresi, rasa yang jauh dari ekspektasi,” ungkapnya.
Ia menyebut saat pandemi beberapa penelitian tidak melakukan analisis secara mendalam tentang penokohan, sehingga model pembelajaran yang dibawanya akan memaksimalkan dengan menganalisis secara mendalam dan dieksplorasi. “Model pembelajaran ini tentu bisa memaksimalkan keaktoran mahasiswa melalui peningkatan kualitas akting,” tangkasnya.
Welly juga menyindir tentang bahasa kamera yang biasa menjadi patokan penting, tetapi menurutnya kualitas akting seperti penghayatan dan inner acting jauh lebih penting. Merumuskan bentuk akting, observasi dan eksplorasi, rancangan praktik dan evaluasi sebuah karya monolog digital akan membuat suatu karya di media digital memiliki kualitas yang lebih unggul dari biasanya.
Dosen sendratasik itu berharap model pembelajaran yang dirancang itu dapat diterapkan sebagai alternatif di instansi pendidikan yang memiliki jurusan kesenian, baik di sekolah maupun perguruan tinggi untuk menghidupkan dan meningkatkan kualitas akting melalui penghayatan. [HUMAS UNESA]
***
Penulis: Mohammad Dian Purnama
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: