www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA - Mimbar ilmiah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) gelombang kedua diselenggarakan di Gedung 01 FIP, Lantai 2 Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Jumat, 24 Juni 2022. Kendati tema yang dibahas sama dengan sebelumnya yaitu “Kontribusi Bidang Keilmuan Berbasis Prodi terhadap Penguatan Ilmu Pendidikan”. Namun, kali ini dibahas narasumber dari prodi dan perspektif keilmuan yang berbeda.
Narasumber yang hadir yaitu Dr. Elisabeth Christiana, M.Pd., Dosen Bimbingan dan Konseling; Dr. Damajanti Kusuma Dewi, S.Psi., M.Si., Dosen Psikologi; Dr. Ruqoyyah Fitri, M.Pd., Dosen PG PAUD; dan Muhammad Nurul Ashar, S.Pd., M.Ed., Dosen Pendidikan Luar Biasa.
Elisabeth Christiana, pada kesempatan itu menyampaikan materi bertajuk “Cognitive Reappraisal Bermuatan Nilai Rukun dalam Budaya Jawa untuk Mengurangi Emosi yang Menyebabkan Perilaku Bullying Siswa”. Menurutnya, dalam budaya Jawa, rukun tidak hanya sekedar mengatakan “ayo hidup rukun” sebagai simbolis tetapi harus diterapkan nilainya dalam kehidupan sosial.
Muhammad Nurul Ashar memaparkan materi “Universal Design for Learning. Masa Depan Pendidikan Inklusif di Indonesia?”. Mula-mula dia menayangkan film pendek yang mengisahkan seorang anak berkebutuhan khusus. Cara itu selalu dia gunakan saat penyuluhan kepada guru-guru sekolah dasar untuk memberikan pemahaman ciri-ciri siswa berkebutuhan khusus serta apa tindakan yang harus dilakukan para guru.
Menurutnya, itu penting dipahami, sebab, jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) tidak sampai 10% dari jumlah sekolah umum. Sehingga, adanya UDL (Universal Design for Learning) diharapkan mampu membantu siswa, karena di Indonesia sendiri baru ada satu SLB yang menerapkan UDL.
Damajanti Kusuma Dewi menyampaikan tema “Keterampilan Berpikir Kritis sebagai Bekal Generasi Millenial”. Berpikir kritis merupakan tuntutan penting era digital ini. Agar bisa berpikir kritis ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Di antarannya bisa dengan banyak membaca dan mengamati sekitar, serta selalu bertanya mengenai realita.
“Kita bisa meningkatkan kekritisan dengan mencari tahu sebab dari setiap kejadian dengan mencari sumber referensi yang konkret. Karena, perkembangan dunia digital yang sangat pesan ini menyebabkan banyaknya persebaran berita hoax sehingga kita perlu teliti ketika membaca segala sesuatu yang ada di internet,” teranya.
Narasumber berikutnya, Ruqoyyah Fitri menyampaikan tentang “Konsep Literasi Numerasi dalam Perspektif Neurosain untuk Mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka di PAUD”. Ada tujuh karakteristik kurikulum merdeka di PAUD. Pertama, bermain yang menyenangkan. Kegiatan bermain anak harus sesuai dengan capaian pembelajaran tidak hanya sekedar bersenang-senang.
Kedua, kesiapan belajar. Ketiga, Literasi Numerasi; Keempat, Praktik Belajar Mengajar; Lima, Assesment Fleksibel; Enam, Assesment tindak lanjut; dan yang ketujuh, pelibatan orang tua. Pun dalam proses pembelajaran di sekolah, lanjutnya, orang tua harus mengetahui apa saja kegiatan yang diajarkan guru. Dengan adanya kegiatan orang tua belajar bersama anak diharapkan bisa mengetahui capaian perkembangan buah hatinya.
Ketua Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan (P3IP) memberi penjelasan bahwa kegiatan mimbar ilmiah tidak hanya berhenti sampai di gelombang kedua, tetapi ada tindak lanjut yang nantinya tidak hanya melibatkan dosen, tetapi juga mahasiswa.
Selain itu tim P3IP juga memiliki program yang pelaksanaannya masuk tahun ketiga. Kegiatannya menggali ilmu kependidikan khususnya berbasis kearifan lokal. Bukan kearifan lokal yang fanatik, melainkan nilai-nilai budaya setempat yang dapat dikembangkan dan temuan bisa disusun menjadi suplemen pendidikan berbasis kearifan lokal. [HUMAS UNESA]
Penulis: Nabila Arum
Editor: @zam Alasiah*
Foto : dokumentasi reporter Humas Unesa
Share It On: