www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) mulai diselenggarakan pada 8-14 Maret untuk gelombang pertama dan 22-28 Mei untuk gelombang kedua. Berhubung masih banyak waktu, Kepala Sub-Direktorat Penerimaan dan Kelulusan Mahasiswa, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Dr. Sukarmin, M.Pd., berpesan kepada pendaftar untuk belajar dan latihan menjawab soal.
Selain itu, peserta juga harus memahami perbedaan mendasar skema UTBK tahun ini dengan seleksi tahun lalu. Selain perbedaan istilah dan penyelenggara tes, Sukarmin membeberkan sejumlah perbedaan lain yang perlu dimengerti peserta UTBK.
Pertama, istilah soshum (sosial dan humaniora) dan saintek (sains dan teknologi) yang digunakan tahun lalu sudah tidak digunakan tahun ini. Dengan kata lain, semua siswa punya kesempatan yang sama dan peluang sama dengan tes yang sama untuk masuk di prodi dan perguruan tinggi impiannya.
Kedua, Tes Potensi Akademik (TPA) sudah tidak digunakan tahun ini. Adapun materi tes tahun ini yaitu Tes Potensi Skolastik (TPS) untuk menguji kemampuan berpikir peserta yaitu kemampuan untuk memahami dan bernalar yang diperlukan untuk seseorang dapat berhasil dalam pendidikan formal, khususnya pendidikan tinggi. Kemampuan ini berkembang melalui proses belajar dan pengalaman-pengalaman di sekolah maupun di luar sekolah.
Tes Potensi Skolastik (TPS) terdiri dari empat komponen yaitu; 1) Penalaran Umum, 2) Pemahaman Bacaan dan Menulis, 3) Pengetahuan dan Pemahaman Umum, 4) Pengetahuan Kuantitatif. Sukarmin menjabarkan, masing-masing komponen tes tersebut.
1. Komponen tes Penalaran Umum dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peserta dalam memecahkan masalah baru menggunakan prosedur tertentu. Tantangan komponen tes ini yaitu tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dipelajari sebelumnya. Karena itu perlu latihan.
Peserta harus memperhatikan bahwa tes komponen Penalaran Umum ini terdiri dari tiga sub-komponen yaitu 1) penalaran induktif atau kemampuan untuk mengamati fakta-fakta atau kejadian-kejadian untuk menemukan prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang mendasarinya. 2) kemampuan berpikir deduktif yaitu kemampuan peserta untuk bernalar secara logis menggunakan premis dan prinsip yang telah diketahui sebelumnya.
Sub komponen selanjutnya, 3) kemampuan menggunakan angka-angka atau penalaran kuantitatif berkaitan dengan matematika sederhana, yang melibatkan penggunaan operator aritmatika dasar seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
2. Komponen tes Pengetahuan dan Pemahaman Umum (PPU). Tes ini untuk mengukur kemampuan peserta dalam memahami dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dianggap penting di lingkungan budaya Indonesia terutama keterampilan dalam berbahasa, menggunakan kata, dan keluasan serta kedalaman pengetahuan umum. Pengetahuan praktis tentang bahasa, informasi, dan konsep-konsep khusus yang berbasis verbal dan kebahasaan juga termasuk dalam kemampuan ini.
3. Komponen tes Kemampuan Memahami Bacaan dan Menulis sekumpulan pengetahuan yang meliputi kemampuan dasar dalam membaca, kelancaran membaca, dan keterampilan menulis yang diperlukan untuk memahami bahasa tulis dan ekspresi pikiran melalui tulisan. Kemampuan ini mencakup kemampuan dasar dan yang lebih kompleks memahami wacana tertulis dan menulis cerita.
4. Komponen tes Pengetahuan Kuantitatif meliputi kedalaman dan luasnya pengetahuan tentang matematika, yang diperoleh melalui pembelajaran dan mewakili kemampuan untuk menggunakan informasi kuantitatif dan memanipulasi simbol atau angka. Kemampuan ini mencakup pengetahuan mengenai perhitungan, pemecahan masalah dan pengetahuan umum matematika.
Sukarmin menegaskan, pengetahuan kuantitatif berbeda dengan penalaran kuantitatif. Secara umum, pengetahuan kuantitatif merupakan sekumpulan pengetahuan matematika termasuk kemampuan untuk melakukan perhitungan matematika. Sementara penalaran kuantitatif lebih mengarah pada kemampuan untuk menalar secara induktif dan deduktif dalam memecahkan masalah berupa angka.
Selain TPS, UTBK 2023 juga memiliki komponen tes literasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tes ini berfokus pada literasi membaca atau kemampuan peserta dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi, merenungkan dan berinteraksi secara aktif dan berkelanjutan dengan teks untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi. Ada dua tolak ukur utama peserta dalam membaca dan membangun makna bacaan yaitu, kompetensi kebahasaan dan strategi kognitif.
Dalam tes literasi juga sub komponen penalaran matematika. Secara operasional aspek penalaran ditunjukkan dengan pengalaman individu dalam menyelesaikan masalah-masalah matematis di berbagai konteks atau hal-hal yang membatasi cara meninjau permasalahan tersebut. Ada dua hal yang ditekankan dalam penalaran matematika, yaitu penggunaan konsep matematika dalam mengatasi masalah dalam sebuah konteks dan penggunaan pengalaman di dalam kelas untuk mengatasi masalah.
Ditegaskan Sukarmin bahwa materi soal tahun ini dibuat sama apakah itu untuk peserta yang ketika SLTA dari IPA, IPS atau bahasa atau bahkan dari SMK teknik. "Semua bobot soalnya sama," ucap Sukarmin di UNESA pada Rabu, 19 April 2023.
Atas berbagai perubahan sistem UTBK tersebut, Sukarmin sekali lagi menghimbau kepada peserta untuk belajar dan latihan menjawab soal-soal. Agar latihannya fokus ke materi yang akan dites, peserta bisa latihan menggunakan website yang disediakan panitia pusat, https://framework-snpmb.bppp.kemdikbud.go.id/.
Pada website latihan soal tersebut, dijelaskan semua bagian-bagian tes termasuk sub-materi yang akan dites di UTBK. Pun masing-masing sub-tes ada contoh atau jenis soalnya untuk latihan yang bisa dikerjakan dalam durasi tertentu. Agar maksimal, sebaiknya perlu juga mengelaborasi kemampuan dengan latihan soal-soal sejenis di samping latihan lewat framework tersebut. “Selamat berjuang adik-adk sekalian, semoga hasilnya maksimal dan sesuai harapan,” ucap Sukarmin. []
***
Penulis: Tim Tilis UTBK_SNBT
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: