www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Dalam rangka mempertingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2021, SMCC UNESA menyelenggarakan Talkshow tentang ‘Self Love dan Kesehatan Mental’ pada Sabtu, (16/10/2021) di Lantai 11 Gedung Rektorat UNESA Lidah Wetan.
Dr. Diana Rahmasari, S.Psi.,M.Si., Ketua SMCC UNESA menyatakan bahwa kesehatan mental penting dan erat kaitannya dengan kesehatan fisik. Berdasarkan data, peningkatan kasus gangguan jiwa cukup signifikan dan itu bisa berdampak pada terhambatnya produktivitas individu.
Masa pandemi ini, kesehatan mental penting untuk dijaga dari berbagai hantaman tekanan dan perubahan yang cepat. Caranya bisa berangkat dari mencintai diri sendiri, menerima dan memaafkan serta paling penting adalah memahami diri sendiri. “Itu akan menguatkan mental kita semua,” katanya.
Muhammad Irsad S.Psi, M.Psi., Psikolog sekaligus Dokter berbagi pemahaman tentang overcaming stress fear anxiety. Menurutnya, gangguan mental berkaitan dengan juga stress. Stres merupakan keadaan yang menuntut individu bereaksi secara fisik, mental dan sosial terhadap suatu perubahan dalam hidupnya.
Sedangkan kecemasan terbagi atas fear atau ketakutan dan worry atau kekhawatiran. Untuk mengatasi itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti penyesuaian diri, berorientasi pada penyelesaian masalah, mekanisme pembelaan ego dan lain sebagainya.
Dr. Hera Wahyuni, M.Psi, selaku Psikolog PPA Sidoarjo dan pengurus Apsifor Jatim pada kesempatan itu membahas tentang ‘Best Version with Self Love’. Ia mengungkapkan, mencintai diri sendiri dapat mengatasi permasalahan overthinking dan insecure yang timbul dalam diri sendiri.
Seringkali overthinking dan insecure muncul karena melihat kehidupan orang lain dan terobsesi untuk perfect dalam hidup serta dorongan menjadi unggul dalam segala bidang. Overthinking biasanya disebabkan karena pengalaman buruk di masa lalu. Menurutnya, dengan mencintai diri sendiri, dapat menghindarkan diri dari upaya terburuk untuk mengakhiri hidup sendiri. “Self love adalah mencintai diri sendiri dengan melibatkan aspek menyadari diri sendiri, menghargai diri sendiri, percaya dan peduli pada diri sendiri,” tuturnya.
Terkadang seseorang menganggap self love sebagai narsisme dan egois. Hera menjelaskan bahwa tentunya itu berbeda, orang yang self love bukanlah seseorang anti kritik karena ia menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Sedangkan narsisme lebih condong untuk mencintai dan mengagumi diri sendiri secara berlebihan yang dapat berimbas pada munculnya sikap Egois.
Dosen psikologi UTM tersebut mengungkapkan bahwa terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang untuk tidak mencintai diri sendiri, di antaranya adanya trauma akibat pelecehan seksual atau trauma lainnya, ekspektasi berlebihan terhadap diri sendiri dan perfectionis, terjebak dalam lingkungan keluarga maupun hubungan yang toxic dan obsesi untuk memenuhi ekspektasi orang lain.
Menulis menjadi salah satu cara alternatif untuk meluapkan overthinking, stres maupun insecure dan gangguan lainnya. Baik, Muhammad Irsad S.Psi, M.Psi.,maupun Dr. Hera Wahyuni, M.Psi, menyarankan bagi seseorang yang tengah terganggu kesehatan mentalnya untuk menulis segala kekhawatiran dan kecemasan serta isi hatinya ke dalam sebuah buku. Itu dapat menjadi sarana intropeksi diri dan cermin untuk menemukan inti permasalahan yang harus segera diatasi.
Muhammad Irsad juga mengungkapkan bahwa kapan seseorang butuh bantuan dari pihak profesional adalah ketika mereka memiliki masalah dengan diri mereka sendiri dan orang lain di sekitarnya. Jadi, menjaga pola hidup sehat, berfikir positif, mencintai diri sendiri dan menghindari lingkungan yang toxic adalah cara untuk menjaga kesehatan mental kita dari berbagai tekanan yang datang. (Hasna/zam)
Share It On: