Perjuangan Amir untuk mencapai segala impiannya tidak dapat dibilang instan. Impian utamanya adalah menjadi dosen dan peneliti. Dengan demikian Amir harus melanjutkan pendidikan hingga tinggi. Padahal, secara perekonomian, keluarga Amir bukanlah dari golongan orang menengah ke atas. Amir beserta keluarga pernah mengalami suatu peristiwa pahit.
"Kegagalan manajemen ekonomi keluarga dan ayah tertipu oleh teman bisnisnya, memaksa kami harus menjual rumah dan tanah yang kami miliki. Hingga sekarang kami menempati rumah nenek. Gaji ayah sebagai guru yang belum sertifikasi pun harus dipotong ini itu sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan kami, bahkan bisa dikatan kurang. Oleh Karena itu, sejak lulus SMA, saya harus bekerja demi mewujudkan cita-cita besar saya. Mulai bekerja sebagai guru privat, freelance design banner dan undangan serta kesibukan saya sebagai seorang guru ngaji menjadi rutinitas setiap hari," kenang anak ketiga dari pasangan Bapak Misbah dan Ibu Sriningsih itu.
Dari hasil kerjanya, Amir menyisihkan sebagian uangnya untuk biaya kuliah. Amir sadar bahwa tanggungan orangtuanya akan membuat mereka keberatan untuk membiayai Amir. Selain dirinya, Amir masih memiliki dua orang kakak. Oleh karena itu, untuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi impiannya, Amir harus rela menyisihkan sebagian dari pendapatannya. (ful/bersambung)
Share It On: