www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) merupakan salah satu wadah bagi sivitas akademika Unesa dalam ikut serta berkontribusi mewujudkan kemajuan bangsa. Seperti yang belum lama ini dilakukan oleh tim PKM Gugus Penjaminan Mutu Pascasarjana Unesa. PKM yang diusung Dr. Meini Sondang Sumbawati, M.Pd., (Ketua), Prof. Dr. Hariyati, Ak., M.Si., Unit Three Kartini, S.T., M.T., Ph.D., serta Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd., ini berjudul “Penyusunan Modul Monev PBM Daring di Tingkat SMA Akibat Covid-19 di Surabaya”.
Latar belakang yang mendasari judul tersebut adalah pentingnya monev dalam proses pembelajaran. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang yang tidak memungkinkan pembelajaran dilakukan secara tatap muka karena adanya kebijakan social distancing. Oleh karena itu, penting untuk menyusun kembali kegiatan monev sesuai dengan pembelajaran di masa sekarang. Kegiatan monev sendiri dilakukan untuk mengetahui keberhasilan, dampak, dan kendala dari sebuah program yang dijalankan. Kegiatan monitoring dilakukan saat program sedang berlangsung untuk mengetahui proses berjalannya suatu program, sementara evaluasi dilakukan setelah program yang dijalankan telah selesai dilaksanakan untuk mengetahui program yang dijalankan telah mencapai tujuan atau tidak.
Dalam praktiknya, pemaparan materi dilakukan oleh Meini Sondang, Haryati, dan Unit Three Kartini. Pemaparan disajikan dalam bentuk power point dan modul monev yang terdiri dari instrumen tertulis dan google form terkait monev pembelajaran daring, post test tentang keterpahaman materi monev, serta SOP pelaksanaan monev.
Sementara itu, perihal pemilihan SMA juga tidak dilakukan begitu saja. Prof. Wahyu, salah satu anggota PKM menjelaskan jika ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi sampai akhirnya terpilih satu sekolah sebagai lembaga mitra untuk melaksanakan PKM. “Pilihan itu didasarkan pada kriteria yang kita tentukan sebelumnya. Pertama mengenai latar belakang monev (untuk tingkat SMA). Ke-2, sekolah tersebut melaksanakan pembelajaran daring dan akan melakukan monev pembelajaran daring di sekolahan, serta ke-3 mengenai kebijakan Kepala Sekolah yang menerima program latihan yang dilakukan dengan penerapan SPMI,” ujar Prof. Wahyu.
Lebih jauh Prof. Wahyu menjelaskan jika kegiatan PKM ini sendiri dilakukan melalui dua tahapan. Tahap 1 pada tanggal 12 September yang meliputi kegiatan pertemuan secara daring melalui platform zoom yang dihadiri oleh Kepala Sekolah SMA Santa Carolus, wakil yayasan, serta 25 peserta (guru). Kemudian dilanjutkan dengan tahapan ke-2. Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan dimana peserta bekerja secara mandiri. “Pelatihannya satu hari (12 Septemeber), lalu dilanjutkan secara mandiri, dimana peserta membuat instrumen monev pembelajaran dan mengimplementasikannya. Pengimplementasiannya terhitung 3 hari setelah pertemuan pertama. Jadi, total semuanya ada 4hari. Selanjutnya, waktu tersebut diekuivalenkan dengan 32 jam pelatihan,” tambah Prof. Wahyu.
Berdasarkan pelatihan yang dilaksankan selama 4 hari tersebut, diketahui bahwa guru akhirnya memahami pentingnya dilaksanakan monev, khususnya dalam mengidentifikasi masalah yang dialami saat pembelajaran daring. Masalah yang dimaksudkan yakni terkait pemanfaatan teknologi dan komunikasi (TIK) serta pengetahuan mengenai pembuatan media pembelajaran (video) agar saat dilakukan PBM daring siswa tidak merasa bosan. “Monev pembelajaran daring perlu disosialisasikan ke para guru, agar setiap guru dapat mempersiapkan diri untuk meningkatkan kemampuan mengajar dengan model daring,” tutup Prof. Wahyu. (ay)
Share It On: