www.unesa.ac.id
SURABAYA-Universitas Negeri Surabaya (UNESA) meluncurkan Disability Inclusion Metric (DIM) pada Acara Puncak Dies Natalis ke-58 UNESA, Senin, 15 Agustus 2022 di Graha UNESA, Jalan Kampus UNESA, Surabaya. Peluncuran dilakukan secara resmi oleh jajaran pimpinan UNESA bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali yang disaksikan jajaran pejabat pusat, kepala daerah dan mitra (dunia usaha dan industri).
unesa Dimetric merupakan indeks atau pemeringkatan kampus inklusif ramah disabilitas di Indonesia dan dunia. Unesa Dim menyediakan indikator sekaligus mengukur tingkat kualitas inklusi disabilitas di suatu organisasi atau lembaga. DIM menjadi indikator rujukan pengembangan kualitas inklusi disabilitas dan menjadi bahan evaluasi tingkat kualitas inklusi disabilitas di suatu lembaga.
“Ini sebagai komitmen UNESA sebagai kampus ramah disabilitas dan ikut mewujudkan kampus di Indonesia dan dunia yang SETARA (sustainable, equality, accountable dan responsible),” ujar Dr. Sujarwanto, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama UNESA saat peluncuran.
Nadi Suprapto, M.Pd., Ph.D., Ketua Satuan Klasterisasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengatakan bahwa Unesa-Dimetric mulai bergulir tahun ini. Tujuannya untuk mewujudkan kampus yang setara dan ramah disabilitas.
“Kampus yang inklusif adalah kampus yang memastikan bahwa setiap mahasiswanya dapat menghadiri, mengikuti, berpartisipasi dan berprestasi di kampus tanpa diskriminasi. Itu yang kita wujudkan tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia,” ujar
www.unesa.ac.id
Unesa-Dimetric, lanjutnya merupakan solusi sekaligus jawaban terhadap tingginya partisipasi institusi di dunia dalam berbagai pemeringkatan. Data menunjukkan peserta QS WUR 2022 mencapai 5.500 institusi di dunia. Times Higher Education (THE) diikuti 2.200 perguruan tinggi. Bahkan pemeringkatan di Indonesia diikuti hampir seribu partisipan.
Sementara itu Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., memastikan bahwa sejumlah institusi, utamanya perguruan tinggi di dunia akan terlibat dalam pemeringkatan itu. “Teman-teman di pemeringkatan dan klasterisasi sudah jauh-jauh hari sebelum peluncuran ini berkoordinasi dengan perguruan tinggi di dunia dan kepada berbagai mitra kuat UNESA di luar. Undangan partisipasi sudah terkirim dan ini tinggal jalan,” ucapnya di sela peluncuran.
Cak Hasan berharap, Unesa-Dimetric bisa memotivasi institusi dalam berlomba-lomba menjadi kampus yang ramah disabilitas. Tentu, lanjutnya, ini tidak hanya sekadar perankingan, tetapi bagaimana institusi benar-benar menciptakan ruang yang inklusif sehingga semua bisa bermimpi dan meraih prestasi.
Unesa-Dimetric mendapat apresiasi dari berbagai ahli luar negeri, di antaranya datang dari Professor of Special and Inclusive Education, University of Sydney-Australia, Prof David Evans dan Professor of Education in The Open University, Prof Kieron Sheehy. Keduanya bahkan memberikan penguatan terhadap rancangan indikator Unesa DIM sehingga bisa menjadi acuan universal bagi seluruh organisasi dan lembaga di dunia.
“Selamat kepada UNESA yang sudah memiliki DIM sebagai acuan bersama kita semua dalam mewujudkan kampus dan lembaga yang ramah disabilitas,” ucap Menpora Zainudin Amali saat peluncuran.
Share It On: