Narasumber dan moderator Mimbar Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UNESA
Unesa.ac.id., SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali menjadi pusat diskusi akademis yang menarik perhatian bagi para penggiat pendidikan, terutama dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia serta Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
Kegiatan "Mimbar Ilmiah" kali ini diselenggarakan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), yang menghadirkan dua narasumber ahli dalam bidangnya.
Dr. Fafi Inayatillah, M.Pd, seorang pakar dalam pembelajaran literasi di sekolah, dan Dr. Prima Vidya Asteria, M. Pd., yang memiliki kepakaran dalam pembelajaran BIPA.
Fafi Inayatillah membuka diskusi dengan menekankan pentingnya literasi di sekolah sebagai pondasi utama dalam membentuk karakter literal pada generasi muda. Dalam materinya, dia menyebut pentingnya integrasi literasi dalam kurikulum.
Literasi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi berbagai jenis teks. Oleh karena itu, integrasi literasi dalam kurikulum menjadi krusial dalam membangun pondasi yang kuat bagi siswa.
Selain itu, perempuan kelahiran Lamongan itu juga menyoroti peran teknologi dalam pembelajaran literasi. Penggunaan media digital, seperti e-book, platform pembelajaran daring, dan aplikasi khusus, dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan meningkatkan minat mereka terhadap literasi. Serta penguatan peran guru.
“Guru memegang peranan sentral dalam membentuk literasi siswa. Diperlukan pendekatan yang inovatif dan beragam dalam mengajar literasi, serta pembekalan kepada guru mengenai strategi pembelajaran yang efektif,” ucapnya.
Sementara itu, Prima Vidya Asteria memperkenalkan pembelajaran BIPA sebagai jembatan penting dalam merentangkan keragaman budaya di dunia internasional.
Beberapa poin yang disorot dalam paparannya antara lain, pembelajaran BIPA tidak hanya tentang penguasaan tata bahasa dan kosakata, tetapi juga memahami konteks budaya di balik bahasa tersebut.
Hal ini memerlukan pengembangan keterampilan antarbudaya yang mendalam. Setiap siswa BIPA memiliki latar belakang dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran haruslah fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan individual siswa.
Lalu, seperti dalam pembelajaran literasi, teknologi juga memainkan peran penting dalam pembelajaran BIPA. Platform daring, aplikasi belajar, dan sumber daya digital lainnya dapat membantu memperkaya pengalaman belajar siswa BIPA.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan yang mendalam mengenai pembelajaran literasi di sekolah dan pembelajaran BIPA, tetapi juga mengajak para peserta untuk merenungkan peran penting pendidikan dalam membentuk karakter dan merentangkan jembatan antarbudaya.
Para tenaga pendidik berharap, hasil diskusi ini dapat menjadi inspirasi bagi penggiat pendidikan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia.[]
Reporter: Nabilla Habibah Al Cholis (FBS)
Editor: @zam* (FIP)
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: