Pakar sekaligus guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNESA membawakan materi dalam Sadaring Nasional yang dihadiri peserta dari berbagai kalangan.
Unesa.ac.id SURABAYA—Seri kedua Sarasehan Daring (Sadaring) Nasional yang dihelat Pusat Studi Literasi, Lembaga Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengusung topik “Pengarusutamaan Literasi, Gender, dan Inklusi Sosial dalam Referensi dan Pembelajaran”pada Sabtu, 31 Agustus 2024.
Wien Muldian, Ketua Umum Perhimpunan Literasi Indonesia, Pengelola dan Pemilik Baca di Tebet turut serta memaparkan materinya pada Sadaring ini. Kedua pemateri lainnya berasal dari FIP UNESA; guru besar FIP sekaligus Ketua Disability Innovation Center (DIC), Budiyanto, dan Kepala Pusat Gender, LPPM Sjafiatul Mardliyah.
Kegiatan ini dimoderatori oleh dosen FBS, Riki Nasrullah, dan Fafi Inayatillah. Pun, dimeriahkan dengan partisipasi pembacaan buku oleh Rina Syahrina, mahasiswa Kelas Internasional Sastra Indonesia Angkatan 2023, kelas internasional.
Menargetkan peserta dari kalangan guru, dosen, mahasiswa, siswa, pemerhati literasi, pemerhati pendidikan, dan masyarakat, Kegiatan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai peran krusial literasi, gender, dan inklusi sosial dalam dunia kepustakawanan, khususnya dalam pengolahan pustaka, bibliometrik, dan proses pembelajaran.
Wien Muldian, Ketua Umum Perhimpunan Literasi Indonesia, Pengelola dan Pemilik Baca di Tebet mengupas soal literasi dan realita sosial.
Kegiatan ini juga membahas berbagai upaya yang telah dilakukan, tantangan yang dihadapi, serta strategi-strategi inovatif yang dapat diterapkan untuk memastikan bahwa literasi, gender, dan inklusi sosial menjadi bagian integral dari praktik kepustakawanan yang lebih baik.
Sehingga tujuan utama kegiatan ini untuk merumuskan langkah-langkah konkret guna mewujudkan perpustakaan yang inklusif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat yang beragam.
Mengusung tema “Inklusi Sosial dalam Pembelajaran,” Budiyanto membahas tentang inklusif sosial dengan fokus pada indeks inklusi, akomodasi yang layak, dan ULD (Unit Layanan Disabilitas). Ia menjelaskan bahwa keberhasilan inklusif sosial dapat diukur menggunakan indeks inklusi, yang menunjukkan tingkat inklusi sosial dalam pendidikan.
Selain itu, ia menekankan pentingnya akomodasi yang layak untuk peserta didik penyandang disabilitas, termasuk modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental bagi mereka.
Budiyanto juga menguraikan peran Unit Layanan Disabilitas (ULD) dalam menyediakan layanan dan fasilitas yang mendukung inklusi sosial, termasuk fasilitasi penyediaan dukungan anggaran, sarana, dan prasarana, serta penyiapan dan penyediaan pendidik khusus untuk memberikan layanan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik penyandang disabilitas.
Pakar sekaligus Kepala Pusat Gender UNESA menyampaikan materi tentang Gender dalam Pembelajaran.
Pada sesi selanjutnya, Wien Muldian membahas pentingnya literasi dan perpustakaan dalam konteks inklusi sosial dan pengelolaan pengetahuan. Ia menekankan bahwa literasi bukan hanya kemampuan membaca, tetapi juga mencakup keterampilan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas.
Muldian mengadvokasi penguatan lingkungan literasi melalui perpustakaan dan taman bacaan, serta menyoroti praktik baik dari berbagai negara dalam membangun budaya membaca. Selain itu, ia menekankan peran perpustakaan dalam era digital dan pentingnya kolaborasi untuk meningkatkan daya baca masyarakat, serta membangun karakter manusia yang literat dan humanis.
Berikutnya, Sjafiatul Mardliyah, memaparkan topik “Gender dalam Pembelajaran: Analisis Bibliometrik” yang menyoroti bagaimana peran, identitas, dan stereotipe gender mempengaruhi proses pendidikan.
Ia menyebutkan terdapat enam aspek penting terkait gender dalam pembelajaran: akses ke pendidikan, stereotipe gender, pengaruh guru dan kurikulum, peran model teladan, kekerasan dan pelecehan gender, serta kesadaran gender dalam pengajaran.
Dengan terselenggaranya webinar ini, diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mewujudkan perpustakaan yang lebih inklusif dan relevan di Indonesia. []
***
Reporter: Tarisa Adistia (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Streaming: https://www.youtube.com/live/VO_-ueDpgcE?si=8ZORS0Gwt0kcUBiF
Share It On: