Seminar yang bertujuan memupuk kembali nasionalisme yang merupakan karakter generasi bangsa itu menghadirkan Dr. Biyanto, M.Ag (Wakil Sekretaris PW V Muhammadiyah Jawa Timur), Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad. Dip. SEA,. M.Phil., Ph.D (Guru Besar Sosiologi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya), Dr. Dwi Siswoyo (Ketua Program Studi S3 Ilmu Pendidikan-PPS UNY) dan Dr. Elvira., S.H., M.H. Mereka dipertemukan untuk memberikan kajian terhadap isu dan solusi yang relevan dalam membangun karakter nasionalisme generasi bangsa.
Prof. Akh. Muzakki memaparkan, sebuah prilaku tidak sepenuhnya didasarkan pada kognitif, namun juga afektif. "Akhlak merupakan konsep dasar seseorang yang menghasilkan perilaku," tuturnya. Dikatakan Prof. Muzakki, jika sebuah negara ingin menyelesaikan masalah bangsa, yang harus dilakukan adalah memangkas hulu masalahnya sehingga dengan sendirinya hilir pun ikut serta tertangani. "Hulu permasalahan dalam perkembangan globalisasi ini adalah karakter generasi bangsa dalam mengemban amanah sebagai pemimpin masa depan," paparnya.
Masih menurut Prof. Muzakki, hulu masalah merupakan tugas seluruh guru bangsa yang harus mampu menjadi pembimbing, pengarah dan figur yang mampu bersaing dengan pengaruh teknologi. Meskipun dalam praktiknya memakai I-Learning, namun peranan guru sangat penting dalam mengarahkan karakter dan sarana yang mendukungnya.
Dr. Elvira menambahkan, penjelasan mengenai penumbuhan budi pekerti dapat berkaca pada pengajaran Ki Hajar Dewantoro selaku guru bangsa. Ia mengatakan, dalam menguatkan karakter, harus ada konsep oleh hati, raga, fikir dan raga dalam berprilaku. Hal itu sesuai dengan teori M. Brata dalam bukunya yang berjudul Provokasi 2. Buku itu menjelaskan bagaimana hati mempengaruhi pemikiran dan tindakan manusia secara berkesinambungan.
Sementara itu, Dr. Biyanto, M.Ag mengungkapkan mengenai penciptaan kondisi sekolah sebagai rumah kedua. Menurut Dr. Biyanto, pendidikan dalam setiap instansi terkait harus mampu memberikan kenyamanan pembelajaran bagi siswa sehingga siswa senang belajar di rumah kedua tersebut.
Dr. Siswoyo memaparkan mengenai aktivitas esensial pengembangan dan pengalaman mahasiswa di perguruan tinggi yang tidak lepas dari pengembangan otonomi individual mahasiswa, pembentukan kemampuan perspektif intelektual dan pembentukan karakter mahasiswa, serta pengembangan kompetensi berpartisipasi dalam komunitas kampus yakni berupa pendapat yang kritis. Ia mengatakan, seorang dosen maupun guru harus menjadi teladan bagi mahasiswa ataupun siswamelalui pendekatan yang memberikan kesempatan berdialog, kolaboratif, partisipatif, reflektif, rejuvenatif dan antisipatif.
Di lain pihak, Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd menjelaskan bahwa seminar tersebut merupakan upaya LP3M Unesa untuk membangun karakter bangsa, terutama bagi lulusan Unesa melalui program PPG agar memiliki kemampuan pedagogik, keterampilan, sosial dan profesionalitas.(MHM/UMI/SIR)
Share It On: