www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya mengadakan Seminar Nasional Inovasi Penelitian dan Pembelajaran Biologi IV (IP2B IV) tahun 2020. Seminar yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu (29/8) ini mengusung tema ‘Bioecopreneurship dalam era Society 5.0’ diikuti oleh 210 peserta.
Empat narasumber dihadirkan dalam kegiatan ini. Mereka adalah Prof. Dr. Phil. Ari Widodo, M.Ed, Dosen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesi (UPI), Prof. Budi Setiadi Daryono, Ph.D, Dekan di Fakultas Biologi UGM yang juga Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI), Dr. Ir. Dyah Hariani, M.Si, Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unesa, dan Dr. Yuliani, M.Si, dosen jurusan Biologi Unesa.
Narasumber pertama, Prof. Dr. Phil. Ari Widodo, M.Ed memaparkan tentang integrasi education for sustainable development (ESD) dalam pembelajaran sains. Di dalam sains, terang Dosen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, terdapat hubungan erat dengan teknologi. Dalam Sains terdapat proses ilmiah yang berisi tentang mengidentifikasi masalah, merancang penelitian, melakukan penelitian, menganalisis data, dan mengomunikasikan. Sedangkan dalam teknologi terdapat proses inti yakni proses rekayasa yang berisi mengidentifikasi masalah, memikirkan solusi yang berupa teknologi, mendesain produk, membuat prototipe, menguji produk, dan mendesain ulang.
“Proses ilmiah dan proses rekayasa sangat penting dalam pembelajaran sains karena didalam prosesnya saling berhubungan,” ungkap Ari Widodo
Prof. Budi Setiadi Daryono, Ph.D yang menjadi narasumber kedua menyampaikan materi Perkembangan Inovasi Penelitian Biologi pada Era Revolusi Industri 4.0 dan 5.0. Menurut Dekan Fakultas Biologi UGM, banyak ide para biologi diambil oleh orang teknik dan juga orang rekayasa.
Dengan berjalannya waktu, terangnya, teknologi sekarang bisa dilakukan dengan jarak jauh. Salah satunya melalui pembelajaran IoT (the Internet of Things) yang mampu mentransfer data tanpa perlu terhubung dengan manusia, melainkan internet dan medianya.
Dijelaskan Prof. Budi, aplikasi biologi molekuler dan IoT berperan penting dalam membantu kajian keanekaragaman genetik, proses seleksi dan budidaya plasma nutfah secara efisien. IoT juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan materi dan metode pembelajaran dalam menghadapi dan mengisi revolusi industri 4.0 dan 5.0, serta era merdeka belajar.
Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) itu menambahkan, diperlukan kerjasama antara perguruan tinggi dan mitra industri untuk mengembangkan inovasi penelitian bidang biologi dan melestarikan sumber daya genetik secara berkelanjutan.
Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unesa, Dr. Ir. Dyah Hariani, M.Si memaparkan materi ketiga tentang Pemanfaatan Laserpuktur untuk Penyediaan Induk Siap Dipijahkan dalam Budidaya Ikan Lele sebagai Bioecopreneurship di Era Bio Society 5.0. Ia menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara maritim memunyai posisi sangat strategis. Sehingga menyebabkan SDA yang ada di Indonesia berlimpah, potensi kelautan dan perikanan sangat besar, dan sebagainya.
Dyah mengatakan, keuntungan budidaya Lele cukup banyak. Diantaranya, cara budidayanya mudah, laju pertumbuhan tinggi, padat tebar tinggi, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, toleransi terhadap lingkungan relatif tinggi, dan kandungan protein cukup tinggi.
Dengan strategi pengembangan skala usaha budidaya lele menjadi skala industri yang berbasis teknologi berkelanjutan dan ramah lingungan, peningkatan daya saing produk, dan mendorong efisiensi produksi,” jelas Dosen Biologi unesa.
Sementara itu, Dr. Yuliani, M.Si., dosen Biologi Unesa yang menjadi pemateri keempat memaparkan tentang Bioecopreneurship Pengembangan Metabolit Skunder Tumbuhan sebagai Biopestisida. Ia menyampaikan, ada beberapa peluang pengembangan biopestisida, yakni keanekaragaman flora di Indonesia dengan kandungan bahan aktif pestisida, masyarakat Indonesia mempunyai cara pengendalian tradisional hama dan penyakit, kebutuhan Indonesia sebagai negara agraris, kebutuhan padi dan sayuran organik yang meningkat, peningkatan pasar akan produk pertanian yang beratribut aman konsumsi, kandungan nutrisi tinggi, dan ramah lingkungan, kesadaran akan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan yang terakhir kemajuan IPTEK.
“Penelitian biopestisida di Indonesia terus dikembangkan, dengan mencari alternatif tumbuhan untuk dijadikan sebagai biopestisida yang optimal pada berbagai jenis tanaman budidaya. Walaupun demikian, perlu bekerjasama dengan ilmu dan industri terkait, sehingga bisa diperoleh kandungan senyawa metabolit sekunder yang lebih besar, lebih stabil, masa simpan yang lebih lama, lebih efektif, dan dengan teknik isolasi yang tepat dapat dihasilkan biopetisida yang siap dipasarkan dalam industri dan masyarakat.,” pungkasnya.
Seminar nasionaltersebutdbuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. Dalam sambutannya, Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni ini berharap melalui seminar ini akan terjalin komunikasi yang baik antar pelaku pendidikan maupun pelaku penelitian, khususnya guru dan dosen. (aida/sir)
Share It On: