www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA--Persoalan warga disabilitas menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia. Banyak orang tua di daerah yang menganggap anak disabilitas sebagai aib dan masih minim pemahaman parenting anak disabilitas. Karena itulah, Kemensos menggandeng UNESA untuk sama-sama menjawab tantangan tersebut.
Dalam kunjungannya ke UNESA pada Jumat, 19 Mei 2023, Mensos Dr. (H.C) Ir. Hj. Tri Rismaharini, M.T., mengatakan bahwa dulu sejak menjadi Wali Kota Surabaya, pihaknya sudah bekerja sama dengan UNESA dalam mendidik para guru untuk sekolah inklusi di Surabaya.
Dia mengungkapkan, tantangan terberatnya ketika menjadi Mensos yaitu menangani masyarakat kelompok disabilitas. "Itu paling berat buat saya. Ilmu pengetahuan saya bahkan wawasan teman-teman Mensos juga terbatas tentang disabilitas," ucapnya.
Perempuan yang dijuluki Ibuke Arek-arek Suroboyo itu menambahkan, pertemuan itu fokus membahas anak-anak yang tidak mampu agar tetap mendapatkan akses pendidikan yang layak. Selain itu, pihaknya juga akan membuat modul pengasuhan untuk anak-anak disabilitas.
Baginya ini penting dilakukan, karena selama dua tahun lebih menjadi menteri, Risma banyak menemukan kasus-kasus terutama anak disabilitas yang mengalami atau menjadi korban perkosaan. Karena itu, bersama UNESA pihaknya akan membuat modul parenting bagaimana menangani anak-anak disabilitas, bagaimana pengawasan bagi para orang tua dan seluruh pihak sehingga anak disabilitas ini bisa nyaman mengembangkan potensinya.
"Disabilitas itu bukan aib. Sekali lagi mereka bukan aib. Mereka memang diciptakan Tuhan mungkin bagi kita yang normal itu seolah-olah kita lebih dari mereka (disabilita, red). Tetapi bagi Tuhan belum tentu. Mereka memiliki kelebihan yang kami tidak punya kemampuan untuk mencapai itu. Karena itulah saya menghadap Pak Rektor untuk membantu menangani warga disabilitas, terutama di daerah dan pedalaman," tandanya.
Dia mengapresiasi betul adanya direktorat khusus di UNESA yang fokus menangani disabilitas. Artinya, dalam pertemuan itu dua pihak sudah sama-sama klop dan karena itu mereka akan menindaklanjuti pertemuan itu dengan MoU dalam waktu dekat. Hal yang mendesak menurut Risma yaitu perlu membuat guidance parenting untuk orang tua agar memahami bagaimana mengasuh, merawat dan mendidik anak disabilitas.
Mensos menceritakan pengalamannya mengunjungi berbagai daerah seperti Asmat Papua, Suku Anak Dalam atau Orang Rimba di Sumatra, Dayak Meratus Kalimantan. Para orang tua di sana minta pendidikan untuk anak-anak mereka. Itu ke depan akan dibahas lebih lanjut bersama rektor bagaimana caranya agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan, entah itu lewat kerja praktek atau praktek mengajar.
www.unesa.ac.id
Harapan Mensos sederhana yaitu bagaimana anak-anak mendapat pendidikan, setidaknya anak-anak bisa membaca dan berhitung. Itu penting buat mereka yang memang tinggal di pedalaman jauh di tengah hutan. Jaraknya 3 jam perjalanan dari kota. Untuk kebutuhan itu, pihaknya sudah membuat jaringan khusus untuk pembelajaran jarak jauh. Nah, kerja sama ini harapannya juga untuk memperkuat hal itu.
"Sekali lagi ilmu saya terbatas untuk itu dan karena itulah saya minta bantuan rektor UNESA sepenuhnya untuk penanganan masalah ini. Mudahan segera terealisasi. Modul itu juga nanti kami akan bentuk tim khusus. Karena ini benar-benar buat baru untuk orang tua sehingga harapannya anak disabilitas mendapatkan pola asuh dan pendidikan yang baik," ucapnya.
Sementara itu, Rektor UNESA Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., menyambut baik kerja sama tersebut. Dia mengatakan bahwa disabilitas menjadi salah satu unggulan kampus bertagline 'Satu Langkah di Depan". Pihaknya berkomitmen untuk terus mengembangkan program, melahirkan terobosan hingga inovasi berbasis aplikasi untuk menjawab kebutuhan kelompok disabilitas di lapangan.
"Apa yang diresahkan dan diharapkan Bu Risma tadi menjadi perhatian dan tanggung jawab kita bersama. Karena itu kami siap mendukung dan mewujudkan apa yang dimimpikan Bu Mensos. Dari berbagai hal tadi ada banyak yang bisa dikerjakan seperti parenting para keluarga hingga fasilitas pendidikan dan pemberdayaan warga disabilitas," ucapnya.
Cak Hasan menambahkan, dari tantangan di daerah itu tadi, memang perlu ada langkah bersama dalam mengedukasi para orang tua, lingkungan bahkan masyarakat bagaimana seharusnya menerima dan memberlakukan kelompok disabilitas. Pihaknya segera akan menyiapkan formula khusus atau strategi penanganan untuk menjawab persoalan tersebut.
"Tadi Bu Risma juga meminta ada tim dari UNESA untuk mengajar para pekerja sosial di seluruh Indonesia. Kami siapkan. Terus mengenai modul juga nanti kami di UNESA ada hotline sendiri dan Kemensos hotline sendiri. Secepatnya ini bisa dieksekusi, karena untuk urusan kemanusiaan, urusan generasi Indonesia baik disabilitas maupun non-disabilitas di daerah," tandas Cak Hasan. []
***
Penulis: Riska Umami/Saputra
Editor: @zam Alasiah
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: