Ini kerja yang maksimal. Betapa tidak. Hanya dalam dua bulan, acara bertajuk 'Buffalo Gathering' berjalan dengan lancar dan sukses. "Semua ini berkat kepedulian mahasiswa dan para dosen", ujar Dr. Julijati, ketua Jurusan Seni Rupa. Acara yang digelar selama 3 hari (6-8/4) di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)-Unesa Lidah. dihadiri 18 kampus se-Jawa-Bali, di antaranya ISI, IKJ, UM, UNS, UNDIKSA, Ciputra, Petra, STKW, dan UB. Acara yang dijubeli pengunjung itu digelar di ruang kosong, taman, dan panggung terbuka. Tema acara adalah 'C (art) nival'. Tema unik ini diartikan sebagai usaha berkesenian yang menyenangkan.
Acara dibuka oleh PD3 FBS, Beny Herawanto. "Tradisi berkesenian seperti ini perlu dikembangkan terus", ujar Beny. Menurut Kehonk, ketua pelaksana mahasiswa, begitu nama panggillannya, konsep acara tersebut dipilih untuk menanggapi berbagai stigma negatif yang muncul dalam masyarakat. "Buffalo Gathering sering dinilai negatif," ungkap pria asal Manukan itu. Padahal secara luas dan adat daerah tertentu, kebo (kerbau.red) dianggap sebagai hewan yang suci. Misalnya, di Toraja, kerbau dijadikan sesembahan upacara pemakaman.
Hasilnya ada beberapa karya seni berupa lukisan, patung, seni kriya, dan multimedia art. Dari keseluruhan karya yang dipamerkan, tidak ada yang ditonjolkan karena ini adalah ajang kreativitas untuk bersenang-senang sehingga para pesertanya tak merasa terbebani dan bebas berekspresi. Namun, menurut Kehonk jumlah karya yang paling banyak adalah lukisan. Ada sekitar 50-an lebih berbagai macam lukisan. Di sinilah semangat berkarya para pemuda semakin terasa. (Lia/syt-Humas)
Share It On: