Unesa.ac.id. SURABAYA—Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK memiliki potensi-bakat khusus yang bisa dikembangkan melalui proses belajar yang bertahap dan berkelanjutan menuju kemandirian. Itulah yang diupayakan tim dosen Prodi Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Dosen yang tergabung dalam tim pengabdian kepada masyarakat atau PKM prodi tersebut mengadakan pelatihan desain yang diikuti para siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Kasih Kelurahan Jeruk, Lakarsantri, Surabaya, awal Agustus 2024 lalu.
Ketua PKM, Ika Anggun Camelia menuturkan, kegiatan ini bertujuan untuk membantu memecahkan permasalahan terkait media pembelajaran, khususnya dalam penggunaan perangkat lunak seperti komputer atau laptop. “Untuk kali ini kita fokus ke belajar desain menggunakan PicsArt yang mudah diaplikasikan,” ucapnya.
Kegiatan yang diikuti para siswa disabilitas atau ABK ini dikemas dengan strategi yang mudah dipahami. Para siswa belajar secara bertahap dalam tiga kali pertemuan yang diadakan. Pelatihan dimulai dari pengenalan aplikasi dan cara menggunakannya, dilanjutkan dengan sisi praktek. “Kita belajarnya mulai dari fotonya siswa sendiri, yang hasilnya dicetak pada kaos untuk mereka,” beber Anggun.
Tim pengabdian kepada masyarakat Prodi Seni Rupa UNESA bersama guru, pengurus dan para siswa SLB Tunas Kasih
Pengabdian ini diakhiri dengan sesi diskusi penguatan bersama Djuli Djatiprambudi, dosen FBS bersama para wali murid. Sesi ini membahas pentingnya mengenali dan memahami potensi dan karakteristik para siswa, yang menjadi dasar penting bagi guru dalam membelajarkan atau melatih siswa. Diskusi ini juga membahas aspek kebutuhan di sekolah yang akan ditindaklanjuti dalam bentuk program pengabdian yang berikutnya. .
Ditambahkan Anggun, pengabdian ini penting dilakukan sebagai bagian dari komitmen UNESA untuk memperkuat pembelajaran di SLB dan untuk melahirkan ABK yang berdaya dan mandiri di masa depan. SLB, lanjutnya, merupakan lembaga pendidikan yang menyediakan layanan khusus bagi siswa disabilitas atau anak berkebutuhan khusus (ABK) sesuai dengan jenis kebutuhan mereka.
Ada yang tunadaksa, tunarungu, autis, down syndrome, dan berbagai kebutuhan khusus lainnya. Anak-anak berkebutuhan khusus berhak atas pendidikan yang memadai, sehingga penting untuk mengoptimalkan pendidikan bagi mereka. Salah satu tantangan adalah kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, baik dalam konteks pendidikan segregatif maupun inklusif.[]
***
Penulis: Utari Anggita Shanti/Putri AF (Internship)
Editor: @zam*
Foto: Tim PKM Prodi Seni Rupa
Share It On: